Jumat, Oktober 10, 2008


Telah banyak diketahui bahwa disetiap suatu komunitas sudah barang tentu ada satu atau seseorang yang menjadi pemimpin segala aktivitas komuniti tersebut. Begitu halnya dengan desa Kayuuwi , karena merupakan suatu komuniti dengan demikian ada seorang penguasa yang bertanggung jawab dan memerintah dengan maksud supaya tercipta suasana yang aman , tenteram dan teratur.
Hampir semua orang yang berdiam didesa Kayuuwi sudah mengetahui dengan pasti bahwa nama desa Kayuuwi mula-mula dikenal dengan nama Nimawale yang diartikan tempat tinggal atau lazimnya disebut rumah. Dan sudah barang tentu dengan adanya Nimawale juga diartikan sebagai pemimpin. Dimana pemimpin pada waktu itu dipanggil dengan sebutan tonaas. Tonaas berasal dari kata,
Tou……………………………….Orang
Taas……………………………..Bijaksana
Jadi tonaas secara utuh diartikan dengan orang kuat dan bijaksana. Tonaas itu mempunyai wewenang sebagai puncak pimpinan pemerintahan yang ada diNimawale dan karena tonaas itu orangnya kuat lagi bijaksana kaka tonaas tersebut mempunyai peran yang lain yaitu pengendali aman tidaknya desa tersebut juga karena bijaksananya dia dengan demikian ia merangkap juga sebagai kepala adat.
Sedang yang mengurus soal keagamaan dan kepercayaan diserahkan kepada orang yang diberi gelar Walian.
Sebagai eksitensinya adat nimawale dipastikan akan berdampingan dengan namanya Timbukar atau lesar (kuburan). Dan kuburan yang dimaksudkan disini terbagi dua jenis, yaitu :
a. Lesar atau Waruga.
Yaitu kuburan yang timbul diatas tanah, berbentuk batu yang besarnya semeter lebih dan bagian dalamnya dipahat seukuran dengan jenasah yang akan dimasukan kedalamnya. Jenasah itu dimasukan dengan posisi duduk , dan biasanya tiap waruga disertakan piring porselen yang menurut tua-tua itu melambangkan kemakmuran, juga ada keris atau tombak yang menggambarkan keberanian dan keperkasaan.
b. Timbukar
Ada dua jenis timbukar, yakni :
1. Batu yang dilubangi seukuran dengan jenasah yang akan dikuburkan, yang dikhususkan untuk mayat dewasa.
2. Tempayan yang dibuat dari tanah liat, besarnya disesuaikan dengan mayat, biasanya ini buat untuk anak-anak.

Diperkirakan sekitar tahun 1750-1800 yang memimpin desa Kayuuwi adalah Tonaas Rorimpandei. Dengan kepemimpinannya bisa membawa masyarakat waktu itu pada waktu itu pada tingkat dan situasi yang dapat dikatakan baik ini dibuktikan dengan semakin bertambah dan eratnya hubungan kekerabatan kecuali adanya tali perkawinan pasti ada hubungan kekeluargaan.
Ternyata usia seseorang manusia akan menuju usia usur begitu rupanya yang pada tonaas Rorimpandei tua ini. Oleh karena semakin lanjutnya usia, maka kekuasaan yang selama ini dia pegang harus ia lepas dari genggaman tangannya. Dengan itupun iapun turun tahta dan kemudian ia serahkan kepada anaknya yang bernama Rorimpandei muda dan pengalihan kekuasaan ini terjadi kira-kira pada kurun waktu tahun 1800 – 1830. Dengan berkuasanya Tonaas Rorimpandei muda ini membawa masyarakat pada perubahan, ini dikarenakan semakin kompleksnya dan semakin tingginya pemikiran manusia seperti yang dialami oleh Rorimpandei muda ini, serta sifat kepemimpinannya yang qualified didukung pula dengan pemikirannya yang progresif dan mampu mengantisipasi terjadinya hal-hal dimasa yang akan datang.
Berkuasanya Rorimpandei muda dirasakan semakin melaju ketingkat perkembangan yang hampir optimal. Disebabkan semakin menipisnya akan hasil buruan maka timbul hasrat mereka untuk bercocok tanam. Karena setelah bercocok tanan dirasakan membawa keuntungan akhirnya areal untuk bercocok tanan mereka perluas lagi hingga kebagian barat dan mengakibatkan semakin jauhnya daerah pertanian dengan tempat tinggal dan untuk mengatasi ini mereka membuat daseng tempat penyimpanan hasil pertanian.
Semakin hari pendudukpun semakin bertambah sejalan dengan perkembangan masa dan semakin sempit pula daerah untuk mendirikan rumah ditambah lagi desa-desa tetangga membuka areal pertanian, maka timbulah keinginan masyarakat untuk memindakan pemukiman mereka.

Tidak ada komentar: