Kamis, November 13, 2008

Pendidikan dan perkembangannya

Dari hari ke hari sumber peningkatan daya manusia sudah merupakan keharusan untuk ditingkatkan. Karena keberhasilan dimasa yang akan datang membutuhkan sumber daya manusia yang benar-benar berkualitas, karena sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal dasar yang merupakan indicator peningkatan kesejahteraan.
Kebutuhan akan pendidikan akan selalu diperlukan dimasa yang akan datang, mengingat ilmu pengetahuan dan tehnologi akan berkembang terus menerus dan akan mengalami perubahan jadi tidak menunggu manusia yang masa bodoh saja. Ditinjau dari seluruh aspek kehidupan pendidikan mendapat tempat yang paling strategis dan funsionil.
Permintaan akan tenaga-tenaga terdidik terus meningkat akan tetapi tenaga yang berkualitas masih kurang, jadi untuk menjawab tantangan itu pendidikan yang menjadi tumpuan baik itu pendidikan formal ataupun non formal.




Sejarah Pendidikan di Kayuuwi
Dimasa prasejarah pendidikan yang kita ketahui biasanya dilakukan dilingkungan keluarga saja. Yang mana pendidikan waktu itu selalu dihubung-hubungkan dengan kepercayaan yang arkais. Diketahui yang menjadi bahan pelajarannya adalah berbebtuk ancaman dengan cara menakut-nakuti dengan peringatan bahwa jika kita melakukan sesuatu yang salah katanya kita akan dihukum oleh roh-roh yang tidak kelihatan. Jadi apa yang diperintahkan kepda anak selalu dilaksanakan secepatnya, tanpa harus ada pembantahan dari si anak. Pendidikan yang diwujudkan masih diberikan secara lisan, dan begitulah seterusnya, sampai pada tahun 1931 Belandapun masuk ditanah Minahasa.
Tahun 1945 sekolah dibuka yang walaupun fasilitas gedungnya belum ada, jadi proses belajar dan mengajar masih dilakukan dibawah pohon yang rindang. Diamana telah diterangkan didepan bahwa yang membuka dan sekaligus pengajar adalah seorang pendeta utusan NZG. Dikarenakan guru yang datng megjar itu tidak setiap hari datang, maka menjadi pengganti ditunjuk kepada pelajar yang sudah dianggap pandai atau dengan meminta tenaga pengajar dari Tombasian atau dari kawangkoan.
Sebagai julukan bagi guru pengganti adalah “onder master”. Sedang yang benar-benar guru dari hasil pendidikan khusus disebut “ Maester”.
Adapun guru yang datang bergantian untuk mengajar pada waktu itu adalah:
- Christian orang Ambon yang dibawah Helendon.
- Joseph Mioyo dari Amurang
- Eliasa Tangkau dari Tondano.
Tahun 1860 kuantitas murid yang mengikuti proses belajar baru berjumlah 30 orang. Tahun 1870 Markus Kaligis yang baru tamat dari sekolah guru diangkat menjadi kepala sekolah.
Tahun1881 ia dipindahkan ke Kasuratan, dan posisinya diganti oleh Michael Kesek, kemudian Urbanus Lolowang yang sekaligus menjadi Guru Jemaat.
Tahun 1883 gedung gereja didirikan, tempat belajar tidak lagi diadakan dirumah kini memakai gedung Gereja. Dan waktu itu pula kepala sekolah diganti oleh Netanael Momongan juga diangkat sebagai guru jemaat. Tahun 1890 Kepala sekolah diduduki oleh Markus mangindaan, setahun kemudian diganti oleh E. Kelung. Dan kurun waktu 1892 sampai 1893 mengalami kekosongan pemimpin, sehinga tugas ini diberikan kembali kepada Aristarkus Kaligis yang kali ini dibantu oleh Thomas Rorimpandei. Bulan desember 1893 kembali lagi kepemimpinan diduduki oleh Mangindaan.
Kemudian 1895, pendeta Scwarsz yang dulunya pernah mengajar disini menyusun sebuah buku bacaan dalam bahasa Tontemboan dengan judul “ Paejaan weru e nera e Tontemboan “, yang ia kerjakan selama 18 tahun.
Tahun 1912 M Mangindaan diemirituskan, dan pada tahun itu juga guru ditambah 3 yakni :
1. Charlie Sumilat
2. Kaleb Rumondor
3. Netanael Ruindungan.
Tahun 1917 , yang menjadi kepala sekolah adalah Charlie Tangkere. Pada waktu itu sekolah tiga tahun dilaksanakan, tahun1922 gedung sekolah didirikan dengan kapasitas 4 bilik, dan sekolah itu ditahbiskan oleh Pendeta Schroden tepatnya bulan maret tanggal 6. Pada 1 september dibukalah Vervolgschool yang merupakan lanjutan dari kelas 3, walaupun berdiri tanpa subsidi dan 11 oktober 1927 Vervogschool ditahbishan oleh kepala sekolahnya pada waktu itu yaitu Hendrik G. Rumondor dan pada 22 maret 1929 gedung sekolah direhabilitasi.
Dalam kurun waktu 1942 – 1945 guru-guru tidak lagi digaji oleh gereja ( tahun 1932 digaji leh gerjeja ) kini menjadi tanggungan pemerintah. Setelah itu masuklah Jepang sehingga nama sekolah diganti dengan nama “ Futsu jogyo to gakko “.
Tahun 1946 nama sekolah berganti lagi dengan nama Sekolah Rakyat. Tahun tahun 1960 TK GMIM didirikan, kemudian 4 empat tahun kemudian skolah Rakyat berganti nama menjadi sekolah dasar. Selalan dengan itu gedung sekolah dipindahkan ke Lewetan. Tanggal 21 september 1964 gedung sekolah ditahbiskan, dan satu tahun berikutnya SD GMIM yang baru berdiri itu diberikan penghargaan sebagai sekolah teladan.
Tahun 1980 dibuka sebuah Fakultas Psikologis tempatnya dibalai pertemuan gereja yang lama. Kemudian pada tahun itu juga SD Inpres didirikan di Kayuuwi.





SD GMIM KAYUUWI
Didirikan : Tahun 1964
Ditahbiskan : 21 September 1964
Kepala sekolah yang pernah menjadi pemimpin SD GMIM Kayuuwi :
1. Benyamin Assa ( … - 1947 )
2. Hendrik G Rumondor ( 1947 – 1961 )
3. Oscar Rembet ( 1961 – 1966 )
4. M. S. Rembet Waney ( 1966 – 1984 )
5. Mas M Kaligis ( 1984 – 1993 )
6. Andries Lindang A. Ma Pd ( 1993 - … )
Guru-guru yang sempat membaktikan dirinya untuk pengembangan sumber daya manusia di SD GMIM Kayuuwi :

H G Rumondor
L Rompas
Noh Rembet
Demas Lapian
Paul Watung
Benyamin Assa
Heloise Tangkere
Oscar Rembet
A Salendu
Gilbert Rembet
Johanis Kaligis
Marie Rumampuk
M A Waworuntu
Abraham Rorimpandei
Willem Karinda
Hermin F. Kaligis
Jermias Wowiling
Helena Sorongan
M S Waney
Annie Sondak
M A wowiling
Albert Sorongan
Victor Manembu
Bernard Lapian
Fredrik Wowiling
M J Rawis
H J Sondakh
Marie Umboh
Estefien Lapian
Jeltje Assa
Petronela Kaligis
Sintje M Rembet
Annie Walukouw
J Watung Rorimpandei
Alfred Rondonuwu
A P M Langi
J B Assa
M Walukouw R
M S Kaligis
Altje Watung
Dientje Rumondor
Marie Watung
Hermina Lapian
Willem H. Watung
Dientje Lapian
Anatje Lapian
Jeltje Rembet
Annie M Raintung
M S M Watung
Truitje D Rembet
Stientje H Lapian
Hendrik B Assa
Dan E Kaligis
Herlen H Wowiling
Youdi M Lapian
Jan A Rorimpandei
Julius A Rembet
Kimiko A Lapian
Helen A Wowiling
Martha Rembet
Kaleb Rembet
Magriet L Lintang
Margotje Y Sorongan
Irene D Watung
N H Rembet
Betsi Wokas
Agustina R Rondodnuwu
Jouke G Lapian
Joutje Tumbelaka
Non R Rembet
K T H Kaligis
Wilhem Lumintang
Jan H Pinatik
N A Lapian
Andries Lintang
A M Talumewo
Margotje Rembet
Jenny E Lapian
O A Rembet
Henny Rumondor


SD INPRES KAYUUWI
Didirikan : 1980
No. Register : NSS 1011170214021
NSB 0071128103012002
Status : Negeri

Dibawah ini adalah kepala-ke[ala sekolah yang pernah mengabdikan dirinya untuk sekolah ini :
1. Hendrik J Sondakh
2. K T H Kaligis
3. F H Poli A. Ma Pd
Dan dibawah ini adalah guru-guru yang pernah mengajar disekolah ini ;
1. P Kaligis R
2. O Lapian
3. N Watung R
4. D Rembet Lapian
5. M J Rawis
6. Bernard Lapian
7. Annie Walukouw
8. A Raintung
9. A M Raintung
10. J T Bandaso
11. Novie F Lintang
12. A Watung
13. L G R Rorimpandei

Pendidikan dan perkembangannya

Dari hari ke hari sumber peningkatan daya manusia sudah merupakan keharusan untuk ditingkatkan. Karena keberhasilan dimasa yang akan datang membutuhkan sumber daya manusia yang benar-benar berkualitas, karena sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal dasar yang merupakan indicator peningkatan kesejahteraan.
Kebutuhan akan pendidikan akan selalu diperlukan dimasa yang akan datang, mengingat ilmu pengetahuan dan tehnologi akan berkembang terus menerus dan akan mengalami perubahan jadi tidak menunggu manusia yang masa bodoh saja. Ditinjau dari seluruh aspek kehidupan pendidikan mendapat tempat yang paling strategis dan funsionil.
Permintaan akan tenaga-tenaga terdidik terus meningkat akan tetapi tenaga yang berkualitas masih kurang, jadi untuk menjawab tantangan itu pendidikan yang menjadi tumpuan baik itu pendidikan formal ataupun non formal.




Sejarah Pendidikan di Kayuuwi
Dimasa prasejarah pendidikan yang kita ketahui biasanya dilakukan dilingkungan keluarga saja. Yang mana pendidikan waktu itu selalu dihubung-hubungkan dengan kepercayaan yang arkais. Diketahui yang menjadi bahan pelajarannya adalah berbebtuk ancaman dengan cara menakut-nakuti dengan peringatan bahwa jika kita melakukan sesuatu yang salah katanya kita akan dihukum oleh roh-roh yang tidak kelihatan. Jadi apa yang diperintahkan kepda anak selalu dilaksanakan secepatnya, tanpa harus ada pembantahan dari si anak. Pendidikan yang diwujudkan masih diberikan secara lisan, dan begitulah seterusnya, sampai pada tahun 1931 Belandapun masuk ditanah Minahasa.
Tahun 1945 sekolah dibuka yang walaupun fasilitas gedungnya belum ada, jadi proses belajar dan mengajar masih dilakukan dibawah pohon yang rindang. Diamana telah diterangkan didepan bahwa yang membuka dan sekaligus pengajar adalah seorang pendeta utusan NZG. Dikarenakan guru yang datng megjar itu tidak setiap hari datang, maka menjadi pengganti ditunjuk kepada pelajar yang sudah dianggap pandai atau dengan meminta tenaga pengajar dari Tombasian atau dari kawangkoan.
Sebagai julukan bagi guru pengganti adalah “onder master”. Sedang yang benar-benar guru dari hasil pendidikan khusus disebut “ Maester”.
Adapun guru yang datang bergantian untuk mengajar pada waktu itu adalah:
- Christian orang Ambon yang dibawah Helendon.
- Joseph Mioyo dari Amurang
- Eliasa Tangkau dari Tondano.
Tahun 1860 kuantitas murid yang mengikuti proses belajar baru berjumlah 30 orang. Tahun 1870 Markus Kaligis yang baru tamat dari sekolah guru diangkat menjadi kepala sekolah.
Tahun1881 ia dipindahkan ke Kasuratan, dan posisinya diganti oleh Michael Kesek, kemudian Urbanus Lolowang yang sekaligus menjadi Guru Jemaat.
Tahun 1883 gedung gereja didirikan, tempat belajar tidak lagi diadakan dirumah kini memakai gedung Gereja. Dan waktu itu pula kepala sekolah diganti oleh Netanael Momongan juga diangkat sebagai guru jemaat. Tahun 1890 Kepala sekolah diduduki oleh Markus mangindaan, setahun kemudian diganti oleh E. Kelung. Dan kurun waktu 1892 sampai 1893 mengalami kekosongan pemimpin, sehinga tugas ini diberikan kembali kepada Aristarkus Kaligis yang kali ini dibantu oleh Thomas Rorimpandei. Bulan desember 1893 kembali lagi kepemimpinan diduduki oleh Mangindaan.
Kemudian 1895, pendeta Scwarsz yang dulunya pernah mengajar disini menyusun sebuah buku bacaan dalam bahasa Tontemboan dengan judul “ Paejaan weru e nera e Tontemboan “, yang ia kerjakan selama 18 tahun.
Tahun 1912 M Mangindaan diemirituskan, dan pada tahun itu juga guru ditambah 3 yakni :
1. Charlie Sumilat
2. Kaleb Rumondor
3. Netanael Ruindungan.
Tahun 1917 , yang menjadi kepala sekolah adalah Charlie Tangkere. Pada waktu itu sekolah tiga tahun dilaksanakan, tahun1922 gedung sekolah didirikan dengan kapasitas 4 bilik, dan sekolah itu ditahbiskan oleh Pendeta Schroden tepatnya bulan maret tanggal 6. Pada 1 september dibukalah Vervolgschool yang merupakan lanjutan dari kelas 3, walaupun berdiri tanpa subsidi dan 11 oktober 1927 Vervogschool ditahbishan oleh kepala sekolahnya pada waktu itu yaitu Hendrik G. Rumondor dan pada 22 maret 1929 gedung sekolah direhabilitasi.
Dalam kurun waktu 1942 – 1945 guru-guru tidak lagi digaji oleh gereja ( tahun 1932 digaji leh gerjeja ) kini menjadi tanggungan pemerintah. Setelah itu masuklah Jepang sehingga nama sekolah diganti dengan nama “ Futsu jogyo to gakko “.
Tahun 1946 nama sekolah berganti lagi dengan nama Sekolah Rakyat. Tahun tahun 1960 TK GMIM didirikan, kemudian 4 empat tahun kemudian skolah Rakyat berganti nama menjadi sekolah dasar. Selalan dengan itu gedung sekolah dipindahkan ke Lewetan. Tanggal 21 september 1964 gedung sekolah ditahbiskan, dan satu tahun berikutnya SD GMIM yang baru berdiri itu diberikan penghargaan sebagai sekolah teladan.
Tahun 1980 dibuka sebuah Fakultas Psikologis tempatnya dibalai pertemuan gereja yang lama. Kemudian pada tahun itu juga SD Inpres didirikan di Kayuuwi.





SD GMIM KAYUUWI
Didirikan : Tahun 1964
Ditahbiskan : 21 September 1964
Kepala sekolah yang pernah menjadi pemimpin SD GMIM Kayuuwi :
1. Benyamin Assa ( … - 1947 )
2. Hendrik G Rumondor ( 1947 – 1961 )
3. Oscar Rembet ( 1961 – 1966 )
4. M. S. Rembet Waney ( 1966 – 1984 )
5. Mas M Kaligis ( 1984 – 1993 )
6. Andries Lindang A. Ma Pd ( 1993 - … )
Guru-guru yang sempat membaktikan dirinya untuk pengembangan sumber daya manusia di SD GMIM Kayuuwi :

H G Rumondor
L Rompas
Noh Rembet
Demas Lapian
Paul Watung
Benyamin Assa
Heloise Tangkere
Oscar Rembet
A Salendu
Gilbert Rembet
Johanis Kaligis
Marie Rumampuk
M A Waworuntu
Abraham Rorimpandei
Willem Karinda
Hermin F. Kaligis
Jermias Wowiling
Helena Sorongan
M S Waney
Annie Sondak
M A wowiling
Albert Sorongan
Victor Manembu
Bernard Lapian
Fredrik Wowiling
M J Rawis
H J Sondakh
Marie Umboh
Estefien Lapian
Jeltje Assa
Petronela Kaligis
Sintje M Rembet
Annie Walukouw
J Watung Rorimpandei
Alfred Rondonuwu
A P M Langi
J B Assa
M Walukouw R
M S Kaligis
Altje Watung
Dientje Rumondor
Marie Watung
Hermina Lapian
Willem H. Watung
Dientje Lapian
Anatje Lapian
Jeltje Rembet
Annie M Raintung
M S M Watung
Truitje D Rembet
Stientje H Lapian
Hendrik B Assa
Dan E Kaligis
Herlen H Wowiling
Youdi M Lapian
Jan A Rorimpandei
Julius A Rembet
Kimiko A Lapian
Helen A Wowiling
Martha Rembet
Kaleb Rembet
Magriet L Lintang
Margotje Y Sorongan
Irene D Watung
N H Rembet
Betsi Wokas
Agustina R Rondodnuwu
Jouke G Lapian
Joutje Tumbelaka
Non R Rembet
K T H Kaligis
Wilhem Lumintang
Jan H Pinatik
N A Lapian
Andries Lintang
A M Talumewo
Margotje Rembet
Jenny E Lapian
O A Rembet
Henny Rumondor


SD INPRES KAYUUWI
Didirikan : 1980
No. Register : NSS 1011170214021
NSB 0071128103012002
Status : Negeri

Dibawah ini adalah kepala-ke[ala sekolah yang pernah mengabdikan dirinya untuk sekolah ini :
1. Hendrik J Sondakh
2. K T H Kaligis
3. F H Poli A. Ma Pd
Dan dibawah ini adalah guru-guru yang pernah mengajar disekolah ini ;
1. P Kaligis R
2. O Lapian
3. N Watung R
4. D Rembet Lapian
5. M J Rawis
6. Bernard Lapian
7. Annie Walukouw
8. A Raintung
9. A M Raintung
10. J T Bandaso
11. Novie F Lintang
12. A Watung
13. L G R Rorimpandei

Agama dan kepercayaan

Pengantar
Manusia adalah mahluk ciptaaan Tuhan yang paling mulia dialam semesta ini, bila dibanding dengan mahluk lainnya, manusia mempunyai akal budi dan perasaan.
Jadi dengan demikian manusia mempunyai keyakinan bahwa didunia ada suatu kuasa yang mengatur tata kehidupan manusia. Sehingga manusia berusaha mencari kuasa itu , karena diyakini bahwa kuasa itu dapat memberi pertolongan dari setiap kesulitan yang dihadapi manusia dan bisa pula memberi malapetaka buat manusia apabila manusia tidak menuruti segala kehendaknya.
Agama mempunyai arti suatu cara menyembah sesuatu yang dianggap berkuasa diatas kehidupan alam semesta ini beserta isinya. Agama jika diterapkan dalam terang Injil Tuhan,jelas bahwa :
a. Injil Tuhan merupakan seruan untuk melakukan kasih, baik kepada Tuhan atau kepada sesama.
b. Injil Tuhan merupakan seruan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran.
c. Allah adalah sumber dari segala sesuatu.
Agama adalah dasar utama hidup manusia, karena dengan agamalah manusia dituntun untuk mengenal Tuhan, KaryaNya, dan KehendakNya.
Kaitan Agama dengan Pancasila, yang mana Agama adalah sebuah sebuah pola tingkah laku yang mendasari hidup beragama, berbangsa dan bernegara Indonesia.
Keberadaan agama di desa Kayuuwi mempunyai kaitan erat dengan yang disebut gereja. Gereja mempunyai kedudukan yang sangat potensial dalam tata kehidupan perkembangan serta pertumbuhan yang terjadi di Kayuuwi.
Secara umum Gereja mempunyai batasan sebagai berikut :
 Gereja adalah ciptaan Tuhan.
 Gereja adalah keluarga Allah dan tubuh Kristus.
 Gereja adalah oikumenis, secara prinsipil Gereja merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari semua orang beriman, semua bangsa dan Negara.
Gereja mempunyai tugas untuk memuliakan Allah didalam kebaktian, memberitahkan injil kepada sesama manusia, menjalankan sakramen menurut ketentuan Kristus, dan bersaksi melayani senua orang.
Sedang tugas Gereja kepada Negara ada tiga unsure pokok yaitu kekuasaan, keadilan dan cinta kasih. Ditinjau dan diteliti lebih dalam lagi tugas Gereja adalah sebagai berikut :
a) Gereja harus selalu mengingatkan, agar Negara menggunakan kekuasaan harus didasarkan pada keadilan dan cinta kasih.
b) Gereja harus dengan positif mendukung setiap program kegiatan yang dilaksanakan oleh Negara, terutama program pembagunan manusia sejahtera., jika perlu gereja menjadi tokoh utamanya.
c) Gereja harus selalu dengan tulus mendoakan Negara, pemerintah dan rakyat, agar selalu mendapat berkat dan keselamatan yang berkelimpahan oleh Tuhan.
Jadi keberadaan agama merupakan sesuatu yang sangat prinsipil dalam tata kehidupan yang terjadi didesa Kayuuwi.

Kepercayaan masyarakat dan adat istiadat Kayuuwi Tempo dulu serta perkembangannya.

Aninisme dimasa lalu.
Seperti yang dialami nenek moyang disetiap daerah di Indonesia pada umumnya mengenal kepercayaaan seperti ini, karena mereka hidup dimasa belum hadirnya kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Jika demikian yang dialami oleh daerah lainnnya, seperti inilah yang terjadi dan pernah ada di desa Kayuuwi. Yang menurut mereka hidup dimasa itu, bahwa semua benda itu memiliki roh atau mahluk halus yang sakti dan mempunyai kehendak. Karena mereka meyakini bahwa dengan akal budi dan perasaan, manusia menyadari serta meyakini bahwa ada kuasa besar yang mengatur tata kehidupan alam semesta. Kuasa ini diyakini juga dapat menolong manusia dalam mengatasi masalah hidup. Berdasarkan keyakinan itulah sehingga mereka mencari dan menyembah kuasa yang besar itu juga dibarengi rasa takut akan terjadinya malapetaka menimpa hidup mereka.
Itu nyata hadir dalam kehidupan masyarakat Kayuuwi dimasa itu, sebagai contoh ;
- Membuang nasi maka nasi itu akan mencubit kita.
- Main benda tajam di percayai akan mengakibatkan sesuatu yang buruk akan menimpa kita.
- Orang yang sudah mati diyakini jiwanya tetap ada dan membutuhkan sesuatu yang sama dengan manusia yang masih hidup, bisa diliat pada pemberian sesajen atau “ma’omper” yang diletakan diujung meja setiap kali akan makan (biasanya juga diletakan dikamar yang telah disediahkan untuk itu).

Cara mengusir wabah penyakit atau tolak bala
Apa bila pergantian tahun itu tiba maka para dukun atau tua-tua kampung melakkan suatu ritual tolak bala yakni berjalan menyusuri pelosok kampung sambil membawa tiga batang lidi kemudian mereka melompati pagar demi pagar, halaman demi halaman seraya memukul-mukulkan tiga batang lidi tadi itu keudara dengan maksud agar supaya roh-roh jahat itu pergi menjauh dari dari kampong. Kegiatan seperti ini biasa disebut “Mape’pet” atau “ sumemper se re’ges lewo “.
Ritual ini dilakukan pada waktu tengah malam, dikarenakan pada waktu itu belum ada penerangan listrik maka setiap keluarga diwajibkan membuat perapian didepan rumah.
Tanda oleh burung atau binatang lain serta pantangan yang pernah ada dalam kehidupan masyarakat Kayuuwi tempo dulu.

a). Tanda oleh burung atau binatang.
• Kucing menangis seperti tangisan bayi memberi tanda akan ada orang yang meninggal.
• Jika kita menemukan telur ayam yang kecil ukurannya, itu harus disimpan katanya jika disimpan akan memberikan keuntungan dalam kegiatan usaha kita.
• Bila ada lipan (kaki seribu) terliat di dalam rumah itu menandakan musim panas akan segera tiba. Ayam berkokok diwaktu malam atau bukan saatnya ayam berkokok menandakan akan ada kecelakan yang bakal terjadi.
• Bunyi cecak yang kedengaran ditangga atau diatas tangga atau diatas pintu itu memberi tanda akan ada orang yang akan datang dirumah kita.
• Bunyi atau suara burung manguni yang kuat lagi tajam kedengarannya dan hanya berbunyi sekali maka akan ada keberhasilan dalam rencana yang akan kita lakukan dikeesokan harinya.
• Bunyi manguni yang agak lemah, pendek dan terbata-bata
• Alamatnya ada pencuri sedang beraksi.
• Bunyi burung manguni yang kedengaran biasa saja di:
 Lembah tandanya musim hujan akan tiba
 Gunung atau perbukitan tandanya musim panas akan datang.


b). Bentuk-bentuk pantangan
Kalau jagung sedang berbuah jangan sembarangan masuk kedalam kebun sambil mengunyah makanan, ini dimaksudkan supaya hama tikus atau binatang lain tidak akan memakan tanaman kita.
Bila mengadakan suatu perjalanan, apabila ada orang yang bersin itu menandakan ada bahaya atau kesialan didelapan menanti kita.
Ditengah perjalanan, baik jalan kaki atau menggunakan kendaraan ditengah jalan ada ular yang melintas atau burung memotong jalan kita berhenti dulu karena itu pertanda ada bahaya didepan, bila sudah ada orang yang mendahului kita barulah melanjutkan perjalanan.
Apabila baru membeli atau baru memperoleh binatang atau hewan peliharaan , maka dalam memberikan makan pertamanya kita tidak boleh bercakap-cakap dengan orang lain , begitu selesai memberi makan kita tidur seketika ( Pura-pura tidur ), setelah itu belumboleh melakukan kegiatan apalagi mengambil sesuatu ditempat yang tinggi apalagi makan. Setelah kita bangun dari tidur pura-pura, pada saat berdiri kita mengucapkan kata-kata “ oh ma’ando o re’e “ artinya “ Aduh sudah kesiangan ! “ ini dimaksudkan agar supaya binatang peliharaan tidak menjadi nakal dan peliharaan seperti babi tidak mencari makan keluar kandang sebaliknya ia akan tetap ditempatnya dan tidak membuat onar.


Dengan berkembangnya peradaban manusia dan berkembangnya pola pikir masyarakat serta pesatnya kemajuan tehnologi, hal-hal dan kebiasaan diatas akhirnya perlahan-lahan mulai ditinggalkan.

Adat istiadat dan ritualnya

1. Adat istiadat menyambut kelahiran anak.
Sudah menjadi kodratnya seorang perempuan yang sudah menikah dan berkeluarga akan megalami apa yang di namakan hamil atau mengndung. Dimasa lalu ataupun sekarang, seorang perempuan diharuskan untuk mematuhi anjuran dari orang yang lebih tua atau yang dituakan, yakni melakukan atau menghindari pantangan-pantangan, apabila tidak mematuhi apa yang dianjurkan atau melawan pantangan maka konsekwensinya sesuatu yang buruk bakal terjadi.
Adapun pantangan – pantangan yang dimaksud antaranya :
1. Tidak boleh duduk atau berdiri dipintu maksudnya supaya proses melahirkan tidak akan terhambat atau menimbulkan masalah.
2. Sang suami tidak boleh melakukan kegiatan perburuan, membunuh binatang atau mahluk hidup lainnya. Ini dimaksudkan agar supaya anak yang dilahirkan tidak akan meninggal ataupun menjadi cacat.
3. Si calon ibu tidak boleh melingkarkan sesuatu di leher, katanya supaya yang dikandung tali pusatnya tidak melilit si jabang bayi.
4. Suami tidak boleh membuat atau membaji sesuatu, contoh membuat baji pada cangkul.
5. Suami istri tidak boleh menghina ataupun meniru kekurangan orang lain.
Kelahiran anak dimasa lalu dilakukan oleh seorang dukun dalam hal ini dukun anak. Adapun alat yang digunakan ‘’tetawak’’ (lapisan luar bambu), yang diambil dari bambu timbah yang sudah pernah digunakan agar gatal pada bambu sudah hilang. Bayi yang dilahirkan biasanya ditidurkan didapur dekat dengan “amporang” atau tempat memasak yang menggunakan kayu berbentuk persegi empat. Ini dikarenakan pada waktu itu belum ada listrtik dan belum adanya pemanas suhu lainnya. Cara ini biasanya berlangsung tiga bulan kedepan. Dan selama itu pula sang ibu tidak boleh menyisir rambutnya, tidak boleh berdiri berlama-lama, tidur harus meluruskan kaki supaya urat kaki tidak timbul atau terkena varises.
Untuk menjaga si ibu tidak terkena penyakit sebagai akibat dari proses melahirkan dia harus meminum sari dari daun “turi” dan ampasnya dibungkus kemudian diikatkan dikepala ini dimaksudkan agar darah putih tidak akan naik kekepala dan mengakibatkan penyakit lain.
Setelah tiga bulan si ibu dimandikan dengan uap air yang telah diberikan ramuan atau dikenal dengan “ sumosop “, seiring itu pula barulah kita memberi nama pada anak biasanya nama anak sudah disediahkan terlebih dahulu menurut orang tua nama yang disiapkan berjumlah tiga buah nama baik itu nama perempuan atau nama laki-laki. Anak diberi nama sesuai dengan hitungan pada saat melahirkan, apabila anak lahir pada hitungan ketiga maka anak itu diberi nama yang telah disiapakan terdahulu, yaitu nama yang disiapkan pada urutan ketiga.
Dan apabila setelah satu tahun sang anak meninggal, dan anak berikutnya juga meninggal atau si anak selalu sakit-sakitan ini pertanda orang tua sianak tidak diperkenankan untuk memperoleh anak atau bisa akibat dari salah penamaan. Untuk menghindarkan apabila kita memperoleh anak berikutnya mengalami kejadian yang sama maka kita harus mengganti nama anak itu dengan menamakan atau mengganti nama :
- Buang artinya dibuang.
- Sampel artinya dilempar atau tersangkut.
- Unggu atau dipungut.

Sumakei ( Dalam menyambut kelahiran anak )
Hal lain sehubungan dengan kelahiran anak, biasanya satu minggu setelah anak lahir diadakan acara sambut baru yang diadakan atau secara spontan diselenggarakan oleh sanak keluarga dan kerabat serta tetangga bertetangga yang sering disebut “ Sumakei “.
Mereka secara bersama-sama membawa makanan atau bahan makanan kerumah dari keluarga yang baru mendapatkan/ketambahan anggota keluarga yang baru (anak), untuk bersama – sama mengucap syukur kepada Tuhan dan mempererat tali silahturahmi.
Kegiatan sumakei ini masih tetap dipertahankan sampaii sekarang karena bernilai social yang sangat tinggi.

2. Adat istiadat Perkawinan.
Seperti tradisi perkawinan diberbagai daerah, seseorang dalam hal ini laki-laki yang ingin menikah terlebih dahulu diadakan ritual peminangan dimana sang pria mewakilkan seorang yang dituakan untuk menyampaikan permohonan kepada pihak perempuan yang akan dijadikan calon istri. Dalam proses ini dari pihak perempuan biasanya memberikat syarat yang harus dipenuhi oleh calon pasangannya yakni :
Pertama : Sang pria itu harus memanjat pinang.
Kedua : Si pria harus memetik satu tangkai pinang yang buahnya jangan yang masih muda dan jangan terlalu tua atau matang. ( Konon apabila memetik satu tangkai yang masih muda berarti masih terlalu dini untuk menikah sebaliknya terlalu tua sama dengan sudah terlambat ).
Ketiga: Setelah ujian petama dan kedua kedua berhasil “ walian “ menerawang dulu apa mereka itu berjodoh atau tidak.
Keempat Pihak pria harus menyediahkan seekor babi untuk diambil hatinya kemudian diperiksa dan diteliti oleh seseorang yang mengerti dan dipercaya. Untuk menentukan apakah( tanda dari hasil pemeriksaannya ) keduanya boleh melanjutkan ritual pernikahan. Ini disebut “ titisen “.
Setelah syarat diatas telah terpenuhi maka dilanjutkan dengan ritual makan siri dan makan buah pinang yang dikenal dengan “ Tumengak “.
Dengan masuknya ajaran Kristiani di wanua Kayuuwi, secar otomatis kegiatan atau ritual diatas berubah , ritual ini berganti istilah dengan nama “ Tumerang “ yang mana sang pria mengutus perwakilan untuk mengadakan pertemuan dengan pihak perempuan meminta kesepakatan dengan calon dan kesepakatan dengan orang tuanya, apabila lamaran diterima disaat itu juga dibicarakan tentang kapan tahapan ritual perkawinan selanjutnya akan dilaksanakan, tahap berikut disebut “ sominta atau antar harta “.
Sekarang ini ritual sominta dan antar harta masih dilakukan sebagian masyarakat, biasanya ritual ini dilakukan pada hari minggu. Kegiatan ini pihak laki-laki bersama kerabat serta undangan pergi kerumah pihak perempuan dengan membawa peti yang berisi uang yang dibungkus sapu tangan berwarna putih juga barang-barang lain hasil kesepakatan terdahulu, dengan ini merupakan bentuk kebulatan dan kesiapan hati serta tekad yang kuat untuk meminang sang calon istri.
Adapun tata cara sominta ini adalah sebagai berikut
Kedatangan dari pihak laki-laki sudah disambut oleh pihak perempuan didepan dipintu didampinpingi perwakilannya, setelah sampai melalui wakil dari sipria membuka percakapan dengan sapaan dan langsung menyampaikan maksud kedatangan mereka, dan apabila diterima maka keduanya dipertmukan ( catatan si pria masih dijalan dan siperempuan masih didalam kamar ) dan ditanyai oleh kedua perwakilan mereka, apakah mereka telah benar-benar berkeinginan dan tanpa ada unsur paksaan untuk membentuk suatu keluarga.
Setelah itu hasil dari percalapan ini disampaikan pada pihak gereja, didoakan dan kemudian mengadakan tukar cincin . Dan dalam kegiatan ini juga dibicarakan perihal kapan dantempat pelaksanaan pernikahan sekaligus membicarakan dimana kelak mereka akan tinggal, dalam hal ini disediahkan oleh orang tua dari pihak laki-laki dan apabila belum disediahkan maka akad nikah ditunda dulu sampai tempat tinggal sudah disediakan.
Dalam tradisi yang pernah ada, pada malam sebelum akad nikah dilaksanakan, si pria bersama dengan seorang yang dituakan pergi menjemput calon istri untuk datang kerumah si pria untuk secara bersama-sam mendapatkan wejangan/pegangan sebagi modal untuk memasuki rumah tangga. Apabila salah satu dari orang tua mereka sudah meninggal maka keduanya dibawa kekubur untuk meminta restu, setelah dari sana kembali lagi kerumah si pria, disana mereka akan disuruh untuk saling menyuapi makanan ( sedikit nasi dan telur yang telah dibagi menjadi dua bagian ). Sekarang kegiatan diatas diganti perannya oleh pihak gereja yang kita kenal dengan istilah pengembalaan.
Pada hari pelaksanaan kegiatan jamuan makan dilakukan masing-masing. Setelah selesai jamuan makan beserta para undangan pengantin pria menjemput calon pengantin wanita dirumahnya kemudian menuju kegereja untuk melaksanakan akad nikah. Tentu sebelumnya dilakukan ritual yang bisa kita lihat dijaman sekarang ini.
Malam harinya kedua belah pihak berkumpul dan makan bersama akan tetapi setelah makan bersama masing-masing tidur masih tidur dirumah orang tuanya, baru keesokan pagi-pagi benar sang istri pergi kerumah orang tua suaminya membersikan halaman kemudian dia harus membangunkan suaminya. Setelah bangun ia pergi menjemput orang tua istri untuk minum pagi dirumah orangtua sisuami, kemudian secara gotong royong bersama keluarga yang lain membuat dapur atau rumah untuk suami istri yang baru. Selanjutnya pada hari minggu setelah pesta pernikaan diadakan balas gereja. Di acara ini pihak perempuan dalam hal ini keluarganya pergi membawah bahan makanan beserta peralatan masak untuk diberikan kepada kedua suami istri yang baru. Adapun sebagai simbol dibawakan dan diserahkan alat dan bahan sebagai berikut ; sosiru, bakul kecil, kurek ( belanga tanah ), lampu minyak, minyak tanah, minyak kelapa, ikan, pisau dan beras secukupnya, pada saat diserahkan disertai pesan dan wejangan yang diakhiri “ akar ni ure-ure “
Inilah keunikan dan nilai budaya mengenai pernikahan yang seharusnya masih ada, sekarang ……..?

.2. Adat istiadat pada saat kedukaan.
Proses ini pasti akan dialami oleh setiap manusia, pakaian serba hitam menjadi suatu keharusan begitu yang terjadi dan menjadi bahagian tradisi Kayuuwi. Pada hari penguburan semua saudara, kerabat, bahkan sahabat datang melayat atau dalam bahasa Tontemboan “ Lumili “. Keesokan harinya akan diadakan makan bersama oleh keluarga dan kerabat dengan membawa makanan masing-masing, namun dengan berubahnya waktu tradisi ini berganti bentuk. Kira-kira tahun 1940 an saat Kayuuwi dipimpin oleh Markus Lapian tradisi diatas berganti dengan istilah “ Berantang “ dimana para keluarga dan pelayat yang tergabung dalam rukun social Pinaesaan mengumpulkan uang dan beras untuk digunakan pada acara makan bersama yang pada masa itu dilaksanakan pada hari sesudah penguburan. Sekarang dikenal dengan istilah “ Kolet “, Begitupun pada keesokan harinya, saat subuh menjelang menjelang pagi diadakan minum bersama dengan membawa sumbangan, setelah minum bersama dilanjutkan dengan berziarah ke pekuburan, sekembalinya dari sana dilanjutkan dengan ritual “ Lumaklu “ dimana semua yang ikut membawa peralatan sepeti cangkul, parang dan lainya juga disertakan bahan makanan untuk ritual “ Temu’un “, semua harus mengambil bagian untuk bekerja, dalam ritual ini dipimpin oleh seorang dukun atau yang dituakan dengan membangun sebuah gubuk kecil bertingkat untuk meletakkan bahan makanan kemudian pemimpin ritual memanggil roh-roh yang sudah meninggal yang memiliki hubungan kekeluargaan dengan yang baru meninggal untuk menikmati sesajian yang telah disiapkan , kemudian semua yang ikut ritual mengambil bagian untuk makan namum hanya sedikit. Seiring dan sambil makan si pemimpin ritual terus memberikan nasehat-nasehat kepada keluarga. Selanjutnya semua pulang dengan membawa kayu bakar dan hasil kebun lainnya untuk dibawa pulang kerumah. Setelah tiba dirumah, khusus orang yang baru ditinggal suami/istri dipanggil dukun kebelakang rumah, lalu sidukun mengambil sebuah periuk yang terbuat daru tanah liat, mengankatnya dan menjatuhkan ketanah kemudian menghampiri duda atau janda sambil mengucapkan “ Tambisa si kurek anio mawetek yo kawisa ma esa pe, ta nitu ka’aikamu indua ni pinataneo I amang Kasuruan yo kawisa wo mewali-wali pe “ artinya sebagaimana priuk ini pecah tidak mungkin bersatu lagi, begitu juga kamu telah dipisahkan oleh Tuhan tidak mungkin lagi untuk bersama-sama.
Kemudian dilanjutkan lagi dengan ritual “tumondong” dimana secara bersama-sama mengunjungi orang tua atau adik kakak yang masih hidup dan minium bersama adapun minuman dan makanan tersebut dikumpul dan disediakan oleh para tetangga dari orang tua dan atau saudara kandungnya). Berikut setelah tiga hari diadakan lagi satu ritual yang dipimpin oleh seorang dukun menyiapkan sesajen dan mengadakan percakapan dengan roh yang sudah mati tadi, biasa berupa nasehat yang kononnya berupa bisikan dari roh tersebut. Pada malam itu juga sang dukun akan meminta barang kepunyaan dari yang meninggal tadi untuk dibagikan kepada saudara kandung atau anak-anak yang sudah berumah tangga sambil mengucapkan “indonange atau pa’alinange enanio, mange iemak embale miow, mamuali esa patu’usan wo pataneian asi po’ow ai tane’o ai kita imbaya (kata po’ow bisa diganti ibu atau ayah atau yang lainnya).
Sebelum genap 40 hari keluarga dianjurkan untuk membatasi diri dari hal-hal seperti dibawah ini :
 Tidak boleh makan atau minum sendiri, tidak boleh mengambil sendiri tunggu diberikan orang lain.
 Jangan makan dirumah orang
 Jangan bertengkar dengan siapapun
 Berdamai dengan orang lain
 Jalan harus menundukan kepala
Seminggu setelah meningggal diadakan minggguan diadakan kegiatan berantang sama pada saat acara penguburan berikutnya acara 40 hari dan selanjutnya satu tahun.
Adapun ritual-ritual diatas ada yang sudah ditinggalkan dan ada yang dipertahankan.

Perkembangan Agama Kristen di Kayuuwi
.a. Kristen Protestan GMIM
Perkembangan agama Kristen GMIM di kayuuwi ini selalu dikaitkan dengan perkembangan GMIM di minahasa. Diamana Agama Kristen masuk dibawa oleh seorang pendeta yang bernama Johanis Gotlieb Shwarz yang berasal dari Eropa, ia memasuki bumi Tompakewa ini tanggal 12 juni 1931 atas tugas dari NZG ( Nenderland Genoschap ).
J. G . Shwarz ini tinggal di Langowan, sehingga ia sering mengadakan penginjilan diKayuuwi. Beliau mengunjungi Kayuuwi dijadwalkan sebulan sekali. Ia datang bukan hanya memberitahkan injil saja, ia datang memberi pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat desa diantaranya pelajaran cara bertani yang baik, peternakan, pertukangan, memasak yang sehat, menjahit pakaian, samapai pada soal memebersihkan rumah dan pekarangan yang sebenarnya, yang bisa menjamin kita dalam kondisi yang disebut sehat. Dalam mengajar anak didiknya ia menginginkan semua anak didiknya bisa mahir pada tiap bidangnya, jadi jika ada satu bidang yang kurang ditanggapi maka pelajaran itu belum bisa ditinggalkan. Dan beliau belum mau beranjak dari bidang itu, jika anak didiknya belum sepenuhnya menguasai ilmu yang ia berikan, nanti jika ia melihat sudah menunjukkan perkembangan dan sudah mahir maka iapun akan melangkah kedesa yang lain.
Jemaat yang ada sangat segan dengan kehadirannya, dengan demikian karena kemampuan yang ia miliki sudah banyak orang yang dulunya belum mengenal Kristus ikut bergabung dan mengaku untuk menjadi jemaat yang kristiani.
Dengan mengenal lebih jauh tentang ajaran Kristen maka banyak orang yang dengan sungguh-sungguh meningggalkan semua yang bersifat kepercayaan animisme, bahkan mereka semakin benci dengan kepercayaan yang arkais seperti itu.
Setelah jemaat Kristen semakin banyak maka dibuatlah bangsal untuk dijadikan sebagai tempat ibadah yang dibuat pada tahun 1845. Akan tetapi orang Kayuuwi mengenal ajaran agama Kristen ini sudah sejak tahun 1840, Jemaat Kayuuwi terus mendapatkan pelayanan rohani yang dulunya dilakukan sendiri oleh schwarz, kini ( sekitar1845 keatas) sudah ditemani oleh Ridle. Mereka dalam mengadakan penginjilan, mereka mengggunakan metode “door to door” atau penginjilan dari rumah ke rumah. Setelah itu oleh NZG mengirimkan guru injil ke Kayuuwi.
Tahun 1870 jemaat mulai didaftarkan, dan kemudian yang menjadi guru jemaat sekaligus merangkap kepala sekolah dibebankan kepada Markus Kaligis yang merupakan guru injil lepasan Sekolah guru yang ada di Kurangga Tomohon.
Baptisan pertama kali dilakukan tepat tanggal 27 desember 1874, sedang jemaat-jemaatyang dibaptis itu adalah :
-Abigael Kesek
-Katherine Watung
-dan yang seorang lagi namanya tidak terdeteksi lagi.
Ketiga orang inilah yang mendapat kesempatan pertama untuk dibaptis dalam sejarah pembaptisan dalam sejarah GMIM Kayuuwi.
Tahun 1883 gereja yang pertama didirikan tempatnya sekitar 20 meter sebelah kanan balai desa atau gedung satu atap yang berdiri kokoh sekarang ini. Didepan gereja yang di bangun ini, disebelah kanan sudut di pancangkan tiang batu yang tingginya 2 meter diukirkan tulisan GMIM.
Bulan Januari 1942 Jepang masuk dan berkoloni di tanah Toar dan Lumimuut , pengajaran agama Kristen mendapat suatu tantangan sehingga harus di hentikan atas perintah dan larangan pemerintah Jepang. Masyarakat dan jemaat tidak bisa berbuat banyak karena ditengarai orang Jepang dulu (tentaranya) dikenal dengan sadismenya, yang walaupun di lubuk hati mereka yang paling dalam tersimpan gejolak dan hasrat untuk melawan kekejian mereka.
Ditanggal 6 April 1942 Jepang memperbolehkan kembali untuk mengadakan ibadah, dengan syarat harus menghormat kepada Matahari yang merupakan dewa mereka.
Tahun 1942 tepatnya bulan Juli tanggal 12 gereja ditutup lagi dan kegiatan ibadah dilarang untuk dilakukan, sampai tanggal 20 Desember 1978 perkembangan selanjutnya belum diketahui pasti.
Gereja GMIM Kayuuwi pada 20 desember 1978 diresmikan oleh H.V Worang sedang pentahbisannya dilakukan oleh Pendeta Hendrik Gerzon Rumondor.
Pendeta, guru jemaat atau ketua BPMJ yang pernah ada dalam perkembangan jemaat GMIM Kayuuwi, adalah sebagai berikut :
1. E. Kelung Kurun waktu tidak diketahui
2. Charlis Tangkere (sampai 1931)
3. H.G Rumondor (1931-1965)
4. H.G Rumondor (1965-1981)
5. Hendrik Wowiling (1981-1985)
6. C.J Talumewoh-poli, SMTh ( 1985-1989)
7. Ny. Walukow-Worotikan,STh (1989-1993)
8. Sofitje Lakoy,S.Th (1993-…….) (didasarkan pada saat penulisan .

b .Pantekosta
Gereja Pantekosta pertma kali menapakkan kakinya ditanah Play-Karengis ini dan menebarkan ajaran injili pada tahun 1952, Yang dibawa oleh 2 keluarga KNIL.
Pada waktu itu Pantekosta itu diperkenalkan dengan mengadakan kampanye, namun disaat itu Pantekosta belum mendapat perhatian yang serius dari warga Kayuuwi.
Dan sekarang ini Pantekosta sudah mulai menampakkan suatu perkembangan yang cukup berarti, walau dalam suatu kondisi step by step (selangkah demi selangkah ), ini jika dilihat dari segi kualitas jemaatnya, bukan soal imannya.
Adapun gembala-gembala yang pernah menebarkan injil melalui gereja Pantekosta, yaitu :
1.
2. Bpk. Tambengi
3. Bpk. Jhoni Rewah.

Kamis, Oktober 30, 2008

Pemerintahan di Jaga

Pemerintahan di dusun, dan sarana pendukungnya
________________________________________
Dusun / jaga I (SATU)
Adapun fasilitas yang ada didusun I ini yaitu sebuah gedung kantor permanen yang dibangun dengan dibiayai oleh dana yang berasal dari swadaya murni masyararakat.
Kantor ini diresmikan penggunaannya oleh gubernur Sulawesi utara C. J. Rantung.
Kepala – kepala dusun yang pernah memimpin jalannya perintahan didusun I ini adalah sebagai berikut :
1) H. Raintung
2) Gustaf Rumondor
3) Altin watung
4) Wenny Rondonuwu
Berhasil jalan proses pemerintahan didusun I satu ini tidak hanya tertumpu pada kepala dusun saja akan tetapi dibantu oleh pembantu kepala dusun yang disebut meweteng, dan mereka itu adalah :
1. Edi Watung
2. Altin Watung
3. Marten Lintang
4. Nikodemus Assa



Dusun II
Fasilitas gedung
Kantor dusun II diresmikan oleh bupati Minahasa pada saat itu yaitu Johan Otto Bolang, pada 1 mare 1991 yang pada waktu itu pula beberapa kantor dusun lainnya juga diresmikan penggunaanya.
Adapun kantor ini didirikan dengan,
Biaya Rp. 18.779.000,-
Sumber dananya, swadaya murni masyarakat.
Periode pembuatan, 17 febuari 1989 s/d 11 febuari 1991.
Ukuran, 102 m ² ( 12 X 8,5 )
Pemerintahannya
Dipimpin oleh seorang pala, adapun pala yang dalam sejarah pemerintahan dusun II adalah sebagai berikut :
a. Johanis Wokas sampai pada tahun 1950
b. Erens Sekoh, 1949 – 1950
c. Hendrik Lapian 1950 – 1958
d. Festus Raintung, 1950 – 1984
e. G. H. Rorimpandei 1984 – 1989
f. Hengki Rondonuwu 1989 –
Dan pala ini dalam tugas sehari-harinya dibantu oleh yang disebut meweteng, dan mereka-mereka inilah orang-orangnya :
1. F Raintung, 1950 – 1958
2. F masengi, 1958 – 1965
3. H lapian, 1965 – 1972
4. Netanel Lintang, 1972 – 1978
5. G Rorimpandei, 1978 – 1984
6. Fredy sorongan, 1984 - …


Dusun III
Tempatnya cukup strategis karena letak kantor Dusun III berada dijalan raya ke Amurang. Sifat fisik bangunannya permanent, dengan ukuran 8,50 m X 7,10 m X 3 m dan bangunan ini dibiayai oleh swadaya murni masyarakat dengan biaya pembutan Rp. 7.250.000,- yang merupakan biaya awal. Sedang kantor ini diresmikan oleh bupati Minahasa J. O. Bolang pada 1 maret 1991.
Pemerintahan
Pala yang pernah memimpin Dusun III,
1. Joel Watung 1932-1947
2. Richard Watung 1947-1950
3. Andris Rondonuwu 1950-1971
4. Altien J. Rondonuwu 1971-1978
5. Marthen Rondonuwu 1978-1980
6. H. J. Rorimpandei 1980-

Dan Meweteng-meweteng yang pernah ada,
1. Geret Wokas 1932-1942
2. Jakob Lintang 1932-1942
3. Richard watung 1942-1947
4. Johan Rondonuwu 1947-1965
5. Erens Sekoh 1947-1965
6. Josis Watung 1965-1981
7. Marthen Rondonuwu 1965-1976
8. Frans Rondonuwu 1976-1979
9. Hein senduk 1979-

Dusun IV
Gedung kantor permanen, dengan para pala dalam sejarahnya:
- Josis J. Lintang
- Demas A. Kumendong
- Johanis Lapian
- Mourits Watung
- August Rondonuwu
Sedang pembantu-pembantunya adalah sbb :
- H A Kumendong
- Portunatus Rorimpandei
- Jemmy Raintung

Dusun V
Gedung permanen dibangun pada tahun 1983 dengan kurun waktu 2 april – 3 juni. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Pdt. Hendrik Wowiling , dan pada 22 febuari 1988 diresmikan oleh Bupati J O Bolang.
Dibangun dengan menghabiskan dana Rp. 4.911.575,- sudah termasuk pembebasan tanah dan rehabilitasi tahun 1994. dengan ukuran 96 m² dibangun dengan swadaya murni masyarakat.
Pala yang pernah memimpin Dusun V, adalah :
I. Gerzon H Walukouw (1938-1988)
II. Frans J Sorongan (1988- … )
Dibandingkan dengan pala yang ada didusun lain ternyata G H Walukouw mengabdikan dirinya selama 50 tahun. Dengan meweteng-mewetengnya sebagai berikut :
i. Hain A Kumendong 1938-1939
ii. Ellie rembet 1959-1978 (lahir 17 juni 1923)
iii. Markus watung 1959-1977
iv. Mindert watung 1977-1981 (lahir 19-02-1928)
v. Johanis Assa 1974-1982 ( lahir 1-01-1935)
vi. Frans Sorongan 1981 1988 (lahir 18-07-1945)
vii. Jantje Rorimpandei 1982- >…. (lahir 18-06-1941).

Dusun VI

Kantor dusun dibangun mulai 22-11-1984 samapai 22 desember 1984, diresmikan tanggal 22 februari 1988 oleh Bupati J O Bolang, sedang peletakan batu pertama dilakukan oleh H W Lapian. Dana yang digunakan berasal dari swadaya masyarakat sebesar ± Rp. 3.900.000,- untuk bangunan permanen yang mempunyai ukuran 8 m X 6 m.
Kepada dusun atau pala yang pernah ada di dusun VI adalah:
1. S Rondonuwu 1949-1957
2. Ayub F Assa 1957-1963
3. S P Rondonuwu 1963-1965
4. J J Rembet 1965- …
Dengan pembantunya sebagai berikut :
1. E Walukouw 1949-1954
2. D A Aring 1950- …
3. A F Assa 1951-1857
4. S P Rondonuwu 1957-1963
5. J j Rembet 1963-1965
6. G A Lolowang 1965-…
7. H A Walukouw 1966-1982
8. G A Lolowang 1982-…

Kuntua

4. ELVIANUS LAPIAN
SEKILAS BIODATA
Nama : Elvianus Lapian
Lahir : Tahun 1871
Wafat : 28 September 1932
Periode : 1922-1932

Ia berkuasa mulai tahun 1922 sampai 1932. Lain halnya dengan yang di programkan oleh H. Watung, E. Lapian menitik beratkan pada usaha bidang pertanian serta bidang pertukangan, menurutnya dengan sumber daya yang ada pada warga bisa lebih di intensifkan misalnya pada bidang pertanian ini karena warga Kayuuwi bisa memproduksi rumah maka rumah yang terbuat dari kayu itu ditukar dengan kebun yang ada di wilayah Kanonang yang sekarang ini kebun-kebun itu antaranya:
• Usu atas
• Tinudan
Dibidang pendidikan ia mengusahakan dengan mendirikan Vervoschoole sebagai lanjutan dari SR yang masih sampai kelas III kini telah sampai kelas V. Atas kerja sama/kolaborasi dengan pimpinan-pimpinan gereja mereka mengadakan barter yakni menukar halaman gereja yang lama dengan halaman yang telah didirikan gereja yang sekarang,ini terealisasi pada tahun 1932.

5. Markus Lapian
B I O D A T A
Nama : Markus Lapian
Lahir : 28 Januari 1932
Wafat : 14 Juli 1979
Gelaran :Hukum tua
Periode :18 Oktober 1932-1954

Hasil pembangunannya,
a. Bendungan Apela I
b. Saluran air untuk usu bawah
c. Bendungan darurat Mawale
d. Kincir air 4 buah
e. Air bersih Ranotoyo
f. Bendungan Tinudan, extensifikasi pertanian, dan pengadaan halaman Poliklinik.
Markus Lapian resmi menjadi hukum tua mulai 18 oktober 1932. Seperti biasanya hadirnya pemimpin yan baru tentu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda pula. Terobosan pertama yang ia lakukan yaitu perluasan jalan tengah desa Kayuuwi. Semakin pesatnya perkembangan yang ada maka ia lebih mengextensifikasikan area pertanian.
Markus Lapian ini di kenal warga sebagai seorang tukang yang mahir pada bidang tersebut dan orang sering memanggilnya Belantek(orang yang cakap dalam hal tukar menukar hewan atau rumah), karena kemahirannya di bidang tersebut sudah barang tentu mempunyai joint venture yang banyak pula. Kemudian orang Kanonang memberikan kayu hidup di lokasi Mati’is di kepolisian Kanonang untuk di potong menjadi bahan baku untuk diproses menjadi barang jadi dalam bentuk rumah. Dan setelah rumah selesai diproduksi kemudian di tukar lagi dengan kebun yang ada di kepolisian Kanonang sama halnya yang di lakukan E. Lapian.
Dan kebun-kebun tersebut adalah
o Karondoran
o Toang
o Tinudan
o Tongkouw
o Ranosem
o Tintuk
Berkat usaha yang dilakukannya menambah penghasilan warga menjadi lebih besar pula. Ia dikenal sebagai orang yang tegas, berani dan bertanggungjawab sehingga wargapun sangat segan kepadanya. Selain ia dikenal sebagai orang yang berani. Ada keunikan yang lain pada dirinya bila diberikan sebuah tugas. Keberanian yang ia miliki dapat dilihat waktu :
Masa pendudukan Jepang.
Yang mana setiap rakyat diwajibkan untuk ikut dalam Kinrohosi atau kerja bakti ala jepang yang sebetulnya adalah kerja paksa ini terjadi di lapangan udara di Mapanget ( Airport Sam Ratulangi yang sekarang). Kerja yang dilakukan adalah meretakan dan menimbun lembah. Keberaniannya itu nyata, ketika Jepang memberi tender kepada warga Kayuuwi. Yang menurut kalender kerja, pekerjaan itu dapat diselesaikan dalam waktu 2 minggu, namun dapat diselesaikan hanya dalam tempo 1 minggu. Kononnya Jepang memerintahkan agar pindah ke lokasi yang lain, dengan keberaniannnya ia menolak perintah tersebut dengan asumsi “Kami hanya melaksanakan apa yang sudah menajadi tender kami! ”kira-kira begitu ungkapannya yang pada akhirnya warga diperbolehkan untuk pulang walaupun beliau sudah mendapat bentakan dari pemerintah Jepang.
Sekitar tahun 1950 kepala daerah Minahasa yang berkedudukan di Manado yaitu H. R Ticoalu menyampaikan hasratnya untuk bertandang ke desa Kayuuwi tepat pukul 12.00, namum kenyataannya Bupati itu belum juga datang sedang waktu sudah menujukan pukul 12.30 akhirnya semua warga yang sudah penat menunggu tamu itu belum juga datang disuruhnya untuk kembali saja, kembali pada tugas hari-harinya. Tepat pukul 13.00 yang ditunggu-tunggupun datang, betapa terkejutnya si bapak bupati, langsung saja bapak Bupati itu berkar ” Mana masyarakatnya ?” dengan penuh kewibawaan bapak Markus menjawab “ masyarakat sudah saya suruh pulang !”. Pada saat itu juga beliau kena marah tapi karena M. Lapian orangnya tegas dan ia merasa benar maka ia melontarkan kata “ Dalam surat Bapak menyampaikan akan datang, tepat pukul 12.00. Dan saya sudah menahan masyarakat sampai pukul 12.30
Maka saya menarik satu keputusan bahwa bapak tidak jadi datang dan saya menyuruh mereka pulang mengingat akan tangggungjawab yang lain….(Hal ini pernah diceritakan kembali oleh bapak bupati sendiri pada saat penyerahan hadiah lomba desa tahun 1956)

6. Dan Alexander Aring
Biodata
Nama : Dan Alexander Aring
Lahir : Oktober 1918
Beliau diangkat sebagai hukum tua pada tahun 1954, sesungguhnya masih ada tanggung jawab lain yang ditinggalkan pemimpin terdahulu berhubung masa berkuasanya telah berakhir dan tanggung jawab diserahkan sepenuhnya kepada Dan Aring.
Berkat usaha yang dilakukan beliau dibidang kebersihan membuahkan hasil dengan diraihnya juara II lomba kebersihan tingkat keresidenan Minahasa yang diraih pada tahun 1955, walau hadiahnya nanti diterimah tahun 1956.
2 maret 1957 muncul sebuah prakarsa yang dikenal dengan program rakyat semesta ( Permesta ). Disitu Kayuuwi turut berpartisipasi dalam program tersebut yaitu dengan mengadakan pengerasan jalan pada tahun 1957 – 1958. dan pada waktu itu juga gedung koperasi sepakat dan gedung SD GMIM Kayuuwi ditahbiskan.
Yang selanjutnya program tersebut berubah ujud menjadi sebuah pergolakan daerah dengan menggunakan senjata. Desa Kayuuwi menjadi benteng terakhir dari Permesta yang dibebaskan bulan Agustus 1958. ABRI pun di tempatkan di kayuuwi untuk menyelesaikan ketegangan dan perseteruan itu dan pasukan yang dilepas itu adalan Batalyon 758 dan 759 mereka mulai berjaga mulai tangggal 20 Pebruari 1959 sampai tahun 1961.
Dan batalyon 759 dibawah pimpinan A. L Lelengboto kerja bareng pemerintah desa dan masyarakat membuat pencuran yang sumber airnya di Teka’an kepolisian Kanonang.
Kemudian tahun 1963 merupakan akhir dari jabatannya sebagai kepala desa. Tapi dalam masa ia berkuasa ia sempat mengadakan pembangunan, yang di jelaskan diabawah ini :
1955, Pembuatan bendungan Apella II
1956, Koperasi sepakat didirikan
Bendungan permanen Apella I
Bendungan permanen Apella II
Bendungan permanen Tinudan
Bendungan permanen Mawale.



7. Ayub F. Assa
Biodata ;
Nama : Ayub Fedri Assa
Lahir : 21 Maret 1921
Wafat : 24 Maret 1996
Karier :
- Meweteng VI
- Pala VII
Keberadaanya sebagai pemimpin desa ini dimulai 4 mei 1963 masihlah berstatus sebagai pejabat, nanti tahun 1964 barulah ia terpilih sebagai kepala desa. Yang pertama-tama beliau lakukan adalah melaksanakan pembangunan SD GMIM Kayuuwi yang berlokasi di Lewetan yang tentunya bekerja sama dengan pimpinan GMIM jemaat Kayuuwi.
Dan peletakan batu pertama pembangunan dilakukan oleh bupati Minahasa Frits Sumampouw, yang waktu itu juga bupati memberi bantuan berupa gula putih untuk dijadikan modal pembangunan. Pembangunan sekolah ini selesai pada 21 september 1964. Dikarenakan terjadinya pergolakkan yang dikenal dengan gerakan 30 september 1965, menyebabkan pembangunan yang ada di Kayuuwi macet total alas terhenti. Namun sesudah itu setelah semua under control alhasil stabilitas keamanan pulih kembali, dan pembangunanpun dilanjutkan kembali dengan dibangunnya ,
a. Balai pertemuan jemaat Kayuuwi
b. Balai desa ( sekarang Poskesdes ).
c. Gedung Olah raga.
d. Dan lain-lain
Dan hasil pembagunan yang lainnya, dalah sbb :
1968, Gedung Pastori ( yang lama dijalan ke Amurang )
1971, BKIA/POLIKLINIK
1972, Gedung Maranatha
1974, Tugu Pancasila
1975, Matubo Beton
1976, Gedung bukit Sion

8. J H WATUNG
B i o d a t a
Nama : J. H. Watung
Periode : 1976 – 1979
Perjalanan karier :
- Anggota ABRI
- Menjabat Koramil
- Kepala desa
Beliau adalah orang pertama yang memimpin desa Kayuuwi yang berasal dari militer. Dimana sebelum ia memikul beban sebagai kepala desa dulunya ia adalah seorang anggota ABRI yang jabatan terakhirnya dalam kedinasan adalah koramil.
Masa ia memimpin kayuuwi sempat menerima tamu dari direktorat jendral dalam negeri dan kemudian mentahbiskan Gedung Olah raga dan balai pertemuan desa Kayuuwi.
September 1978 diselesaikannya proyek swadaya pengerasan jalan dan pengaspalan jalan. Sebagai tindakan antisipatifnya dibukalah jalan yang berada disebelah barat kampung sebagai tembusannya yaitu jalan raya, namun akhirnya jalan tersebut sekarang sudah terputus dan tidak berfungsi sebagaimana fungsinya.
Koperasi sepakat itu dirubah menjadi warung desa yang kemudian mengalami hal yang sama dengan jalan yang disebelah barat. Tahun 1979 jabatannya berakhir akan tetapi selama ia memerintah ia sempat mengadakan pembangunan guna kejayaan Kayuuwi, yaitu :

1976, pengerasan jalan dan pengaspalan
1978, Pemugaran waruga
Neonisasi
Rumah permanent

9. H W LAPIAN
B i o d a t a
Nama : Hans William Lapian
Tempat/Tanggal Lahir : Kayuuwi, 2 desember 1941
Peride : Mulai agustus 1981
Karier : PNS, Kades

Hans Lapian adalah orang ketiga yang bermarga Lapian dalam sejarah pemerintahan desa Kayuuwi. Dia diangkat serta dikukuhkan sebagai kepala desa pada bulan agustus 1981, tapi sebelumnya ia sudah menjabatnya pada bulan November 1979. Sebelum beliau pemerintah tunggal diKayuuwi ini ia bekerja disalah satu instansi pemerintah pada Kantor perikanan kabupaten Minahasa.
Ia memulai kariernya sebagai orang nomor satu didesa Kayuuwi yaitu dengan membangun sarana transportasi dalam desa. Ia banyak mencurahkan perhatian pada pembangunan generasi muda dan kepentingan masyarakat umun. Karena sarana kebutuhan akan air air sudah terealisasi secara kongkrit maka memungkinkan perluasan kampung kesebelah timur bisa terlaksana dengan cepat, sebagai bukti ada kurang lebih 20an keluarga pindah kelewetan pada waktu itu.
Sarana jalan kebun direhabilitasi guna mempermudah transportasi untuk mengeluarkan hasil pertanian kekampung. Pembagunan dibidang ini sangat menyentuh aspek kehidupan masyarakat dari segala segi, khususnya karena hasil atau penghasilan masyarakat relative disandarkan pada sector pertanian, alhasil hasil dari sektor pertanian mengalami peningkatan dari hari ke hari.
Pembangunan lainnya juga sangat diperhatikan olehnya adalah pembangunan menyangkut aspek pembagunan Panca Gatra yaitu Ipoleksusbudhankam, ini juga mendapat perhatian yang serius dikarenakan apabila kelima aspek ini tidak bias dijalankan sebagaimana mestinya dengan sendirinya akan mempengaruhi stabilitas ketahanan nasional dari bidang aspek panca gatra tersebut.
Adapun terobosan yang pernah beliau aplikasikan selama ia memerintah desa ini, sebagai berikut :
1. Melaksanakan simulasi P-4
2. Mewajibkan dan mensponsori anggota jemaat dalam kegiatan organisasi Gereja.
3. Meningkatkan pertumbuhan pendapatan masyarakat.
4. Merehabilitasi bagunan-bagunan yang berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan dibidang pertanian.
5. Perbaikan administrasi dalam soal kedukaan ( Pinaesaan ).
6. Dan lain-lain.

10. ALEX WALUKOUW
Biodata
Nama : Alex johanis walukouw
Lahir : Kayuuwi, 18 april 1943
Karier,
-Sekretaris desa
-Kepala desa

Sosok pembawaannya penuh karismatik, dalam melakukan setiap aktiitasnya ia selalu melakukannya dengan penuh tanggungjawab. Kata syukur kepada Tuhan selalu ia dengungkan , ia aktif dalam kegiatan-kegiatan yang berbau gerejawi , suara lantang penuh wibawa bila ia sedang memegang mikrophon. Kata nasehat , petuah, wejangan atau perintah dibawakan secara seksama, dan dengan tingkat pengetahuan yang lumayan setiap kata yang ia keluarkan selalu diselingi dengan kata-kata populer. Memang beliau manusia yang berjiwa modern tapi ia tidak latah. Kepemimpinannya yang mengundang rasa segan dikalangan masyarakat yang ia pimpin , keakraban selalu ia ciptakan. Beliau tidak memndang bulu dalam kepemimpinannya, diakui beliau adalah figure manusia yang penuh karismatik.
Ia adalah Alex J. Walukouw, orang yang posisinya dalam masyarakat Kayuuwi adalah sebagai Top Management dalam hierarki kehidupan social masyarakat, ia dilahirkan di Kayuuwi pada 18 april 1943.
Ketabahan dan semangat juang yang tinggi ia hadir mengabdikan dirinya bagi desa Kayuuwi, ia persembahkan seluruh kemampuannya, dengan penuh ketulusan hanyalah untuk kejayaan desa Kayuuwi. Dibuktikannya dengan sejumlah penghargaan dari masyarakat sekitar dan dari pemerintah atasannya semua untuk Kayuuwi tercinta.
Kehadirannya telah mengubah pola pikir masyarakat Kayuuwi yang dulunya mungkin maximum 2 kini menjadi maximum 4 positif thinking bahkan lebih. Suatu perubahan yang luar biasa sampai-sampai bantuan dari pemerintah pusat dang mengalir bagi air yang tiada hentinya, perannya dalam pengembangan desa ini cukup membanggakan.
Ada banyak pengalaman sebelum ia memegang tahta ini dan banyak pula karya yang ia persembahkan kepada desa ini. Jadi reputasinya tak bisa diragukan lagi jika ia memimpin desa ini.

Jumat, Oktober 24, 2008

Herman Watung

Herman Watung
B I O D A T A
Nama : Herman Watung
Lahir : 18 September 1874
Wafat : 6 Agustus 1960
Periode : 30 Oktober 1914-1922

Ia memulai kariernya sebagai hukum tua mulai 30 oktober 1914. Herman Watung ini mempunyai kharisma yang lain dari pemipin-pemimpin yang terdahulu yang mana ia memulai kariernya dengan meningkatkan kepariwisataan melalui bidang olaraga, ia mengusahakan perlombaan olahraga berkuda (Horse Race) yang lokasi perlombaan bertempat dibagian utara desa. Dan beliau menamakan perkmpulan olaraga ini dengan nama “Sport club SUKAMAJU Kayuuwi”, sayangnya kegiatan ini hanya bisa bertahan selama 3 tahun saja. Tahun 1922 sebelum berakhirnya ia bertahta ia mendirikan sekolah dan di tahbiskan pada tanggal 6 maret 1922.

Estevanus Lapian

Estevanus J. Lapian

B I O D A T A
Nama :Estevanus J. Lapian
Lahir :Tahun 1834
Wafat : 15 Maret 1927
Periode :1892-1916

E.J. Lapian diangkat menjadi Top manajemennya desa Kayuuwi tepatnya dipertengahan tahun 1892. Langkah pertama yang dilakukan adalah memperluas daerah Kayuuwi lebih keselatan lagi yang sebelumnya pernah dilakukan oleh B Lintang. Adapun program yang dijalankan atas prakarsanya adalah :
1. Pemberitaan Injil .
2. Pelajaran yang sejalan dengan pembentukan manusia kristiani.
3. Program pendidikan Formil, yang dititik beratkan pada membaca, menulis dan berhitung.
Program gerejani ini didukung dengan pola pemerintahan Belanda, dimana program pendidikan itu sejalan dengan pengajaran agama dan misi pekabaran injil oleh Belanda.
Dan karena kepiawaiannya membawa masayarakat menuju masyarakat kepada ajaran kristiani maka pada tahun 1895 Belanda menghadiahkan sebuah Lonceng gereja yang sampai sekarang masih terpakai.
Ditahun 1903 ia memimpin pemugaran gereja, yang dikerjakan sampai sampai tahun1908 yang langsung dengan pengatapan seng.
Dan akhir perjuangannya didalam memimpin desa ini diselesaikan pada tahun 1916. Jadi ia memimpin desa ini kurang lebih 22 tahun lamanya.

Kamis, Oktober 23, 2008

Persiapan Pemilu Marak

Menuju Pemilu 2009 semakin marak saja baliho, spanduk, banner, sampai kartu nama ada dimana-mana. Para calon legislatif mulai unjuk gigi. Setiap acara atau kegiatan keagamaan selalu dihadiri para caleg. Panji, spanduk, baliho ada disetiap jalan. Berbagai warna ada disana. Begitupun di Kayuuwi dan Minahasa pada umumnya, rame pokoknya. Cuma ingat wahai para calon wakil rakyat, jujur dan tepati janji.

Rabu, Oktober 22, 2008

Menuju US Presiden

Perkembangan pemilu AS ternyata bukan hanya komsumsi kalangan elit politik saja, hal ini menjadi salah satu topik menarik dikalangan masyakat di Kayuuwi. Membicarakan Barack Obama menjadi kian seru jika diandai-andaikan bisa dipasangkan dengan Sandra Palin yang cukup kontroversial itu, pesona kecantikannya membawa aura positif untuk memuluskan jalan ke no 1 of US. Jadi bagaimana jika ini terjadi mungkinkah mereka bisa bersaing di tengah Krisis Ekonomi global yang sempat memporak-porakkan perekonomian AS. Atau malah di jadikan alat kampanyenya. Kita lihat saja nanti. Seru kan ? Kalo masyarakat kalangan awan, jika membahasnya.

Sabtu, Oktober 18, 2008

Kuntua Barnabas lintang

1.Barnabas Lintang
Nama : Barnabas Lintang
Periode : 1862 – 1892
Berkuasanya Barnabas Lintang ini ternyata masih pada masa pendudukan Belanda yakni mulai tahun 1862 sampai pada tahun 1892. Dimasa pendudukan Belanda ini pasti akan ada sistem kerja Rodi, dalam sejarah pendudukan Belanda di Indonesia sistem ini sering di temui didaerah tempat dimana Belanda berkuasa atau berkoloni begitu pula yang terjadi di Minahasa pada Khususnya, disini Belanda mula-mula mengusahakan pembukaan jalan, yang diantaranya :
1. Jalur Manado-Tomohon-Kawangkoan-Langowan sampai Ratahan.
2. Jalur kawangkoan-amurang yang mana pembangunannya dilaksanakan sekitar tahun 1850-1860.
Jalur Kawangkoan-Amurang ini, salah satu rute yang dilaluinya adalah Kayuuwi. Yang walaupun realisasinya masih dalam bentuk jalan yang hanya bisa dilalui oleh pedati saja (pedati yang ditarik oleh sapi).Pedati yang di tarik oleh kawayo (=kuda).
Dengan terbukanya jalur kawangkoan-Amurang ini membuka wawasan dari Tonaas Kila yang nama baptisnya adalah Barnabas lintang untuk memperluas wilayah desa Kayuuwi ini lebih keselatan sampai akhirnya jalur kawangkoan –Amurang ini menjadi garis potong desa Kayuuwi menjadi dua bagian.
Pembangunan yang dilaksanakan oleh Barnabas Lintang ini diantaranya adalah sebuah Gereja yang dijadikan pusat kegiatan belajar dan mengajar paa waktu itu. Tempat itu sekarang tepatnya sebelah barat/seberang jalan dari balai desa yang sekarang, bila diukur jauhnya kira-kira 15 meter balai desa( gedung satu atap Kayuuwi).
Dan akhirnya pada tahun 1892, ia harus mengakui masih ada yang mengatur hidup matinya manusia dan pada tahun itulah ia di panggil menghadap Yang Maha kuasa. Ia di kubur walau bukan dimakamkan disebuah Lesar atau Warga seperti layaknya pengusa sebelumnya tapi ia dimakamkan di pekuburan yang ada sekarang ini.

Tonaas Arnold Palar

Arnold palar diangkat sebagai Tonaas yaitu pada tahun 1830, namun namanya yang sebetulnya tidak diketahui dengan pasti karena nama Alrnold Palar itu digunakan setelah masuknya misi gerejani. Diketahui leluhur Minahasa itu tidak mengenal akan nama kecil dan marganya itu dibuktikan pada Piay dan Karengis yang tidak memiliki nama depan dan nama belakang.
Bila ditelusuri latar belakang dan nama depan ternyata itu ada seteah Belanda masuk dibumi pertiwi Indonesia perombakan dilaksanakan pada urusan pemberian nama.
Tahun 1831 di Minahasa oleh pemerintah Belanda mengadakan sensus atau cacah jiwa yang sekaligus dengan penetuan setiap marga keluarga, dimana setiap nama pada waktu itu dijadikan marga. Misalnya ;
Nama Rondonuwu
Nama Sorongan
Nama Rembet
Diasumsikan keempat nama adalah kakak beradik dari keluarga yang diandaikan berasal dari anaknya bapak Lolowang. Kemudian nama-nama diatas ditambahkan nama depan yang ditengahnya disisipi “ van “ seperti halnya orang Belanda. Jadi nama-nama diatas tersebut bisa menjadi seperti ;
 Juan van Rondonuwu
 Arturito van Sorongan
 Andreas van Rembet
Oleh karena adanya perbedaan bahasa sehingga terjadi perbedaan pengertian yang sebenarnya sisipan tersebut sudah merupakan bagian dari nama akhirnya ditiadakan, itu terbukti sampai sekarang yaitu nama besar kita disebut fam yang sebenarnya adalah van yang merupakan sisipan kata. Dengan demikian begitulah yang dialami oleh Arnold Palar ini yang mungkin namanya adalah Palar kini menjadi Arnold Palar.
Dan pada masa bertahtanya Arnold Palar ini nama untuk sebutan kampung diganti Kayuuwi (sebelumnya Kayumauwi) yang pada akhirnya dijadikan nama sah desa ini. Dengan bergantinya Kayumauwi menjadi kayuuwi sejalan dengan itu gelar untuk pemimpin kampung berganti menjadi Ukun tua atau kepala adat, terjadi kira-kira tahun 1950.
Sebagai bukti kepiawaiannya dalam memimpin kampung ini, ditandai dengan berdirinya tempat ibadah yang walaupun masih dalam kondisi darurat dan dijadikan sebagai tempat berlangsungnya proses belajar dan mengajar. Tempat ini sekarang telah menjadi SD Negeri Inpres Kayuuwi. Dan tempat ibadah ini dibangun pada tahun 1845 jadi sebelum terjadinya pengalihan sebutan Tonaas menjadi ukun tua.

Tonaas Rorimpandei

Berkuasanya Tonaas Rorimpandei muda
Kira-kira kurun waktu 1800-1830 yang memimpin wanua Kayuuwi adalah Tonaas Rorimpandei muda, dibawah kepemimpinannya pula pemukiman ini dipindahkan kesebelah barat daya dari kampung yang lama ( sekarang pemakaman umum ) hal ini dibuktikan dengan batu dan tawaang yang ada didareah itu.
Pada waktu itu bila ingin mendirikan rumah harus ditentukan oleh tetua kampung dalam hal ini adalah Tonaas. Adapun daerah pertanian yang ada , yang dulunya adalah hutan belantara yaitu :
• Selatan, berbatasan dengan Kanonang
• Baratnya, sampai dengan sungai Ranoangko berbatasan yang dengan Rumoong.
Menurut cerita orang tua, sewaktu pemukiman baru itu dibuka dibangun dalam situasi yang mendukung, akan tetapi Rorimpandei tua berketapan hati untuk tetap tinggal dipemukiman yang lama.
Dan akhirnya ia menghembuskan nafasnya yang terakhir disana, tempat kelahirannya yang sangat ia cintai. Jika diperkirakan ia hidup dalam kurun waktu 1750-1830 maka dapt dipastikan ia meninggal pada usia yang ke-80. Tonaas Rorimpandei tua ini dikebumikan di Nimawale, karena ia adalah seorang yang berpengaruh dikampung maka ia mendapat kehormatan untuk dikembumikan di sebuah lesar.
Sebenarnya Kayuuwi dahulu bukanlah nama mulanya akan tetapi nama adalah Kayumauwi, adapun penamaaan Kayumauwi itu nanti dipergunakan setelah pemukiman lama itu dipindakan, yang lokasinya berada diujung desa Kayuuwi yang sekarang. Pemukiman yang baru mula-mula ukurannya 200 X 200 meter persegi, dimana tempat penguburan dahulu masih ditempatkan dipemukiman yang lama.

Jumat, Oktober 10, 2008


Telah banyak diketahui bahwa disetiap suatu komunitas sudah barang tentu ada satu atau seseorang yang menjadi pemimpin segala aktivitas komuniti tersebut. Begitu halnya dengan desa Kayuuwi , karena merupakan suatu komuniti dengan demikian ada seorang penguasa yang bertanggung jawab dan memerintah dengan maksud supaya tercipta suasana yang aman , tenteram dan teratur.
Hampir semua orang yang berdiam didesa Kayuuwi sudah mengetahui dengan pasti bahwa nama desa Kayuuwi mula-mula dikenal dengan nama Nimawale yang diartikan tempat tinggal atau lazimnya disebut rumah. Dan sudah barang tentu dengan adanya Nimawale juga diartikan sebagai pemimpin. Dimana pemimpin pada waktu itu dipanggil dengan sebutan tonaas. Tonaas berasal dari kata,
Tou……………………………….Orang
Taas……………………………..Bijaksana
Jadi tonaas secara utuh diartikan dengan orang kuat dan bijaksana. Tonaas itu mempunyai wewenang sebagai puncak pimpinan pemerintahan yang ada diNimawale dan karena tonaas itu orangnya kuat lagi bijaksana kaka tonaas tersebut mempunyai peran yang lain yaitu pengendali aman tidaknya desa tersebut juga karena bijaksananya dia dengan demikian ia merangkap juga sebagai kepala adat.
Sedang yang mengurus soal keagamaan dan kepercayaan diserahkan kepada orang yang diberi gelar Walian.
Sebagai eksitensinya adat nimawale dipastikan akan berdampingan dengan namanya Timbukar atau lesar (kuburan). Dan kuburan yang dimaksudkan disini terbagi dua jenis, yaitu :
a. Lesar atau Waruga.
Yaitu kuburan yang timbul diatas tanah, berbentuk batu yang besarnya semeter lebih dan bagian dalamnya dipahat seukuran dengan jenasah yang akan dimasukan kedalamnya. Jenasah itu dimasukan dengan posisi duduk , dan biasanya tiap waruga disertakan piring porselen yang menurut tua-tua itu melambangkan kemakmuran, juga ada keris atau tombak yang menggambarkan keberanian dan keperkasaan.
b. Timbukar
Ada dua jenis timbukar, yakni :
1. Batu yang dilubangi seukuran dengan jenasah yang akan dikuburkan, yang dikhususkan untuk mayat dewasa.
2. Tempayan yang dibuat dari tanah liat, besarnya disesuaikan dengan mayat, biasanya ini buat untuk anak-anak.

Diperkirakan sekitar tahun 1750-1800 yang memimpin desa Kayuuwi adalah Tonaas Rorimpandei. Dengan kepemimpinannya bisa membawa masyarakat waktu itu pada waktu itu pada tingkat dan situasi yang dapat dikatakan baik ini dibuktikan dengan semakin bertambah dan eratnya hubungan kekerabatan kecuali adanya tali perkawinan pasti ada hubungan kekeluargaan.
Ternyata usia seseorang manusia akan menuju usia usur begitu rupanya yang pada tonaas Rorimpandei tua ini. Oleh karena semakin lanjutnya usia, maka kekuasaan yang selama ini dia pegang harus ia lepas dari genggaman tangannya. Dengan itupun iapun turun tahta dan kemudian ia serahkan kepada anaknya yang bernama Rorimpandei muda dan pengalihan kekuasaan ini terjadi kira-kira pada kurun waktu tahun 1800 – 1830. Dengan berkuasanya Tonaas Rorimpandei muda ini membawa masyarakat pada perubahan, ini dikarenakan semakin kompleksnya dan semakin tingginya pemikiran manusia seperti yang dialami oleh Rorimpandei muda ini, serta sifat kepemimpinannya yang qualified didukung pula dengan pemikirannya yang progresif dan mampu mengantisipasi terjadinya hal-hal dimasa yang akan datang.
Berkuasanya Rorimpandei muda dirasakan semakin melaju ketingkat perkembangan yang hampir optimal. Disebabkan semakin menipisnya akan hasil buruan maka timbul hasrat mereka untuk bercocok tanam. Karena setelah bercocok tanan dirasakan membawa keuntungan akhirnya areal untuk bercocok tanan mereka perluas lagi hingga kebagian barat dan mengakibatkan semakin jauhnya daerah pertanian dengan tempat tinggal dan untuk mengatasi ini mereka membuat daseng tempat penyimpanan hasil pertanian.
Semakin hari pendudukpun semakin bertambah sejalan dengan perkembangan masa dan semakin sempit pula daerah untuk mendirikan rumah ditambah lagi desa-desa tetangga membuka areal pertanian, maka timbulah keinginan masyarakat untuk memindakan pemukiman mereka.

Perkembangan sistem pemerintahan Kayuuwi

Masa pra sejarah

Diketahui pemimpin rakyat /wanua dimasa prasejarah dikenal dengan sebutan “ Tonaas “, dimana Tonaas adalah orang kuat yang memimpin suatu komunitas masyarakat adat. Dahulunya Tonaas adalah orang paling disegani juga paling ditakuti masyarakatnya. Menurut cerita pertengkaran kelompok melawan kelompok yang lain hanya mengandalkan tonaasnya, disini dapat dilihat tonaas siapa yang paling kuat, lihay dan pintar.
Contoh kelihaian Tonaas Rorimpandei dalam mempertahankan daerah kekuasaan , berhadapan dengan Tonaas dari Kawangkoan sampai Rumoong, itu dapat dilihat dengan lokasi disepanjang sungai Ranoangko sampai perbatasan Rumoong. Juga bisa dilihat dari pemilikan kebun ternyata pemilik kebun daerah Tinudan, Apella, Surok, dan Ranoangko. Kebanyakan pemiliknya adalh orang-orang yang merupakan keturunan dari Tonaas Rorimpandei.
Yang menjadi penasihat dari Tonaas dari Tonaas dipercayakan kepada Walian yang merupakan pimpinan agama dan kepercayaan tempo dulu. Dan kekuasaan dengan gelar Tonaas diperkirakan pada kurun waktu 1750 sampai 1831.

Berkuasanya Belanda
Otonomi adalah merupakan sifat pemerintahannya, pada 1831 dimana terjadi perombakan sistem pemerintahan yang difokuskan pada gelar dan tugasnya, yang mana dari Tonaas menjadi hukum tua. Dimasa ini politik yang dikenal dengan devide et impere sangat jelas terlihat, itu nyata dalam pencacahan, nama asli dan margapun diganti. Sistem pada waktu itu dikaitkan pemerintahan yang berbau adat dan tradisi masyarakat sebelumnya.
Tingkatan system pemerintahan masa Belanda berkuasa yang memang terjadi mempengaruhi pemerintahan Kayuuwi dalam perkembangannya, adalah sebagai berikut :
1. Hukum tua, pemimpin tertinggi dalam pemerintahan didesa.
2. Kepala jaga Polisi, ketua yang menangani stabilitas keamanan.
3. Kepala jaga am, mempunyai tugas dalam bidang komunikasi, alat pemberitaan informasi ( sekarang dikenal dengan humas )
4. Juru tulis, yang menangani urusan yang menyangkut administrasi dan tata usaha desa.
5. Pangukur, urusan yang menyangkut tanah.
6. Pala atau kepala jaga, pelaksana/pemerintahan diwilayah yang lebih kecil ata dusun.
7. Meweteng, pembantu kepala jaga.
8. Palakat, orang yang dijadikan alat untuk mengumumkan berita atau informasi dari tingkat desa, pada umumnya pengumuman pelaksanaan kerja bhakti, dengan cara berteriak sambilmengeluarkan pengumuman yang dimaksud. Dan berkeliling desa.
Kesejaktraan hukum tua diperoleh dmasyarakat wajib kerja (pinonsawang), dalam bentuk tenga kerja yang biasanya mengerjakan kebun dan sawah milik hukum tua, yang dalam Tontemboannya disebut “ mauntep im pas “ Pergantian hukum tua dilakukan dengan pemilihan sama halnya dengan pilkades yang sekarang.

Pendudukan Jepang
Militer adalah merupakan system pemerintahan Jepang yang merupakan ciri khas Jepang selama menduduki Indonesia. Akan susunan pemerintahan tidak beda dengan yang diterapkan oleh pemerintah Belanda. Cuma untuk pemberian nama bagi pemimpin sudah berubah menjadi Kunco bukan lagi Hukum tua namun artinya tetap sama yaitu kepala desa. Dan pemerintahan dimasa ini dilengkapi dengan Bogodan/Keibodan yang menjadi polisi dalam system pembelaan rakyat. Sistem ini dijalankan selama kurun waktu 1942 sampai 1945.

Sistem pemerintahan sekarang
Sistem pemerintahan ini selalu dikaitkan dengan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dalam hal ini pemerintah Indonesia.
Predikat Kunco dan hokum tua berubah menjadi Kepala desa sebagai bahasa kerennya., dibawah Kepala desa ada terdapat suatu struktur yang merupakan keluaran pemerintah pusat yang dituangkan dalam undang-undang pemerintahan daerah tahun 1984, yang tersusun seperti :
1. Kepala desa.
2. Sekretaris desa
3. Kepala Urusan pemerintahan
4. Kepala urusan keuangan.
5. Kepala urusan kesejaktraan rakyat
6. Kepala urusan pembangunan
7. Kepala dusun
8. Pembantu kepala dusun.
Pemerintahan desa dilengkapi dengan lembaga yang membantu dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan desa yaitu LMD/LKMD.
Sekarang sudah mengalami perubahan lagi (tahun 2000-an) dengan format baru yaitu BPD atau badan Perwakilan Desa.

Peraturan yang berlku di Kayuuwi

PERATURAN DESA KAYUUWI
No 01 TAHUN 2008

TENTANG

UANG SEWA PEMAKAIAN INVENTARIS MILIK DESA
DESA KAYUUWI
TAHUN 2008



DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
HUKUM TUA DESA KAYUUWI

Menimbang : 1. Bahwa dalam rangka melaksanakkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006 Tentang Pedoman Administrasi Desa Pelaksanaan Kegiatan Desa, Pelaksanaan Pembangunan serta Pembinaan Kemasyarakatan, di mana semuanya sangat ditentukan oleh ketersediaan Dana/ Biaya.
2. Bahwa untuk membiayai program tersebut, perlu digali segala sumber Pendapatan Asli Desa yang sangat diharapkan dapat membiayai segala program, dan perlu ditetapkan melalui Peraturan Desa.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Negara RI Nomor 4389).
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4437).
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara RI Nomor 158 tahun 2005, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4587).



Dengan persetujuan Bersama :

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA KAYUUWI
Dan
HUKUM TUA KAYUUWI

MEMUTUSKAN
Memutuskan : PERATURAN DESA KAYUUWI TENTANG PERATURAN UANG SEWA PEMAKAIAN BANGUNAN MILIK DESA KAYUUWI KECAMATAN KAWANGKOAN UNTUK TAHUN 2007.

Pasal 1
Besarnya Uang Sewa Pemakaian Inventaris Milik Desa sebagai berikut :
Pemakaian Inventaris kursi per buah (1x24 jam)
1. Perorangan/ Keluarga dalam desa Rp. 250,-
2. Luar desa Rp 500 ,-

Pasal 2
Isi beserta uraian sebagaimana dimaksud menyangkut teknis pengumpulan dan yang berhubungan dengan Uang Sewa Pemakaian Bangunan Milik Desa ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Peraturan Desa ini.


Pasal 3
Untuk menjamin kelancarannya bila perlu dapat diatur lebih lanjut dengan Keputusan Hukum Tua.

Pasal 4
Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan.




DITETAPKAN DI : KAYUUWI
PADA TANGGAL : JULI 2008

HUKUM TUA




LEOPOLD WATUNG. BA

Senin, Oktober 06, 2008

Lumimuut Leluhur orang Minahasa


Lumimuut Leluhur orang Minahasa : PUTRI KAISAR YANG DI USIR DARI NEGARANYA.

OLEH : Theodorus M Tuerah

Di zaman dahulu kala Jepang dipimpin seorang kaisar yang amat kejam. Seluruh keinginannya harus dilaksanakan. Tak hanya penduduk, pejabat-pejabat kekaisaranpun sangat takut kepada kaisar yang lalim itu.
Kaisar ini mempunyai kegemaran yang termasuk anaehjuga yaitu hampir setiap saat harus disuguhi tarian-tarian dengan penari cantik yang diseleksi secar ketat dari seluruh pelosok Jepang. Untuk itulah, beberapa panglima kekaisaran diberi tugas hanya untuk menyiapkan gadis-gadis cantik untuk jadi pemuas sang kaisar .
Para panglima diperintahkan agar menyediakan penari-penari pilihan sebanyak sepuluh orang. Mereka harus menari didalam istana kala ia membuat pesta, membuat rapat dengan menteri-menterinya ataupun mengadakan pertemuan dengantokoh-tokoh penting yang menjadi tamunya. Barangsiapa yang melanggar perintahnya akan dibakar hidup-hidup. Pada suatu hari, ia membuat rapat dengan menteri-menterinya. Kemudian, seperti biasanya dilanjutkan dengan penampilan penari-penari yang dipilih oleh para panglimanya dari seluruh pelosok Jepang. Sang kaisarpun menempati singasana emas, duduk santai didampingi dayang-dayangnya, siap menikmati tarian-tarian kegemarannya.
Tapi saat itu yang tampil hanya Sembilan orang, seorang penari ternyata membangkang, sang kaisarpun murka.
Roman mukanya berobah kemerahmerahan karena marah. Ia memanggil panglima yang bertanggung jawab untuk tari-tarian dan langsung memarahinya didepan umum. “ Kau hendak membangkang. Tak ada alasan mengatakan bahwa tidak mungkin mencari sepuluh orang penari. Kau kuberi gaji untuk itu, dank arena tidak mengindahkan perintahku, kau harus menerima hukuman juga. Mulai saat ini jabatan panglimamu kucopot. Sekarang kau adalah rakyat biasa. Keluar dari sini.” Tandas kaisar dengan berang. Sang panglimapun langsung keluar dari istana, sambil merenungi nasibya yang sedang sial itu.
Penari yang tidak hadir itu disuruhnya dibakar hidup-hidup. Tapi ternyata, penari yang membangkang itu adalah putri dari kaisar yang terdahulu. Putri yang amat cantikparasnya itu bernama Rumimoto. “ Saya tidak akan memnuhi kehendak kaisar, walupun saya mesti dihukum karenanya,” tegas sang putri sambil menyeka air matanya, karena ia sadar maut sudah menghadang.
Para hakim kekaisaran segera membuat rapat kilat untuk menyelamatkan sang putri dari hukuman yang sangat mengerikan itu. Mereka sepakat sang putri taka data dibakar hidup-hidup. Kesimpulan rapat itu disodorkan kepada kaisar. Akhirnya setelah berpikir-pikir selama beberapa waktu, kaisar mau juga mengubah hukuman itu. “ Ya kalu demikian , tidak usah dibakar. Tapi ia harus dihukum dengan dihanyutkan ditengah lautan. Ini tak dapat dirubah lagi,” tegas kaisar.
Iapun segera memerintahkan para panglimanya untuk menyediakan perahu. Keluarga sang putripun menyiapkan makanan dan perlengkapan puetri. Semuanya dimuat dalam perahu.
Penduduk lain yang sangat menghormati mantan kaisar, ayah sang putri itu, juga mengumpulkan bahan makanan untuk keperluan Sang putri dalam menghadapi maut itu.
Sang putri meski tahu nasibnya bakal ditelan ombak, masih berupaya tersenyum sebagai tanda terima kasih kepada penduduk yang mengantarnya ditepi pantai. “ Doakan saya, kiranya saya dapat selamat,” pinta sang putri yang mungkin tak didengar lagi oleh para penghantarnya, karena perahu mulai berlayar , digiring sebuah kapal dari kekaisaran.
Lambat laun, perahu mulai menghilang dari pandangan mata keluarga sang putri tak dapat menyembunyikan kesedihan mereka. Raungan dan tangis bercampur aduk dengan keharuan yang mendalam dari ribuan orang ditepi pantai di Jepang itu. Tak ada yang beranjak dari pinggir pantai , meski perahu yang mengahantar sang putri sudah tak tak tampak lagi . Perahu itu ditarik kapal tersebut menuju ketengah lautan luas, dan kemudian tali dilepas dari kapal. Dan berlayarlah perahu itu mengikuti keinginan angin dan ombak. Sang putri napaknya pasrah. . Ia membiarkan perahunya dimainkan angin dan ombak.
Kaisar sangat senang setelah mendapat laporan bahwa wanita itu sudah dihayunkan . Mungkin saat ini dia sementara jadi santapan hangat dari ikan Hiu,” kata kaisar, tanpa ada rasa menyesal sedikitpun.
Berita itu tersiar di kota-kota besar diseluruh Negara Jepang. Banyak penduduk yang tidaksetuju tentang perbuatan kaisar yang tidak mengenal peri kemanusiaan itu tetapi mereka tdak dapat berbuat apa-apa. Mereka hanya berdoa agar supaya putri itu luput dari maut dan dapat kembali kepada orang tuanya.
Berbulan-bulan lamanya perahu itu terkatung-katung dilautan luas itu. Hujan dan panas berganti-ganti menimpa putri dan perahunya itu tetapi tidak dihiraukannya.
Akhirnya perahu itu terdampar pada sebuah pulau ditempat yang bernama Mana’ndow(=ditempat yang jauh ). Manan’dow ini kemudian berubah nama dan dikenal dengan Manado saat ini.
Puteri bersukacita dan bersyukur kepada Tuhan karena ia telah luput dari bahaya maut. Iapun segera menurunkan semua isi perahunya disebuah gua yang terletak dibalik batu karang yang besar.
Disitu ia beristirahat sambil merenungkan nasibnya. Tiap-tiap hari ia hanya tidur saja. Makanannya banyak, cukup untuk beberapa bulan.
Setelah makanannya hamper habis iapun keluar dari goa itu untuk mencari buah-buahan. Banyak buah-buahan yang didapatnya dari sekitar tempat tinggalnya sehingga tubuhnya bertambah gemuk dan bertambah cantik.
Tiba-tiba ia terkejut karena hamper saja ia dilanggar seekor babi hutan. Untunglah ia segera melompat. Ketika menengadah, ia melihat diatas pohon banyak burung yang berkicau. Tampak pula beberapa ekor rusa sedang makan rumput.
Timbul keinginan dalam hatinya untuk membuat sebuah busur lengkap dengan beberapa anak panah. Untuk membuat alat itu ia butuh beberapa hari. Ia kemudian mencobanya pada seekor burung yang hinggap pada sebuah cabang pohon. Bidikannya tepat ia amat gembira karena burung itu terjatuh dan menggelepar-gelepar ditanh.
Dicabutinya bulu burung itu, dibakar lalu dimakannya. Selesai makan ia memetik buah-buahan . Sebagian dimakannya dan sebagian pula didisikannya pada sebuah kantung sebagai bekal. Dimalam hari ia tidur dibawah pohon besar yang rimbun daunnya dengan berbantalkan daun-daun kering yang ada disekitarnya.
Mulai saat itu, ia berburu binatang, ia masuk hutan keluar hutan. Nmaun ia tak menyadarinya telah masuk ke pedalaman daerah Minahasa. Ia berhenti dilereng gunung berapi, yang kemudian pecah dan berubah menjadi danau.
Karena letih lagi pula malam telah tiba, iapun tidur dibawah sebuah pohon yang rimbun daunnya. Tetapi malam itu ia kedinginan, beberapa hari kemudian ia jatuh sakit. Sepanjang malam ia hanya merintih saja. Ia tidur ketika fajar telah merekah. Ketika bangun ia kaget ada seorang wanita duduk disamping sambil mengobatinya. Tiga hari tiga malam ia sakit, setelah sembuh ia mengucapkan terima kasih pada penolongnya. Dijabat tangan penolongnya itu, sambil memperkenalkan diri ‘ Saya bernama Rumimoto dan berasal dari Negara Nippon yang terletak jauh disebelah utara. Saya dating dengan sebuah perahu, tapi bukan karena kehendaknya tetapi dihukum Negara,” katanya sambil menceritakan musibah yang menimpannya.
Mendengar perkataannya, penolongnya turut bersedih hati kemudian iapun memeperkenalkan dirinnya. ‘ nama saya Karema saya tidak mempunyai sahabat atau kenalan. Saya tinggal didaerah Minahasa hanya sendiri” kata wanita yang sangat baik hati itu.
Mulai saat itu Karema dan Rumimoto hidup bersama. Mereka tinggal disebuah pondok yang dibuat karema sediri dilereng gunung berapi tersebut . Karena sulit bagi Karema untuk mengucapkan Rumimoto akhinya putri Kaisar jepang itu dipanggilnya Lumimuut.
Setelah genap enem bulan Rumimoto diusir penduduk dan pembesar Jepang menyatakan protes terhadap Kaisar. Demonstrasi melanda menuntut pertanggung jawaban kaisar. Semuanya menuju ke istana dan mendesak kaisar agar sang putri yang mendapat hukuman itu dicari kembali samapi dapat dan dikembalikan kepada keluarganya. Ini terutama mengingat jasa-jasa ayahnya sewaktu ia memegang jabatan sebagai kaisar.
Setelah terdesak akhirnya kaisar menyetujui usul mereka. Seorang panglima bernama Tamura diperintahkan untuk memimpin operasi pencarian puteri.
Berpuluh-puluh kapal lengkap dengan anak buahnya dikerahkan untuk mencari puteri yang malang itu. Hampir semua pulau di lautan teduh dikunjungi untuk mencari jejaknya, tetapi mereka tidak berhasil juga.
Usaha pencarian tetap mereka jalanan, kembali berjalan kearah selatan. Lalu tibahlah mereka di tluk Manan’dou, merekapun mendarat. Disebuah gua dibalik sebuah batu karang mereka dapati alat-alat makan buatan Jepang dan beberapa buah pakaian yang sudah sobek.
Merekapun benar-benar yakin bahwa gua itu lah tempat tinggalnya . Tetapi mereka segera kecewa karena ketika mereka mencari didaratn seluas 2 km² mereka tidak dapat menjumpainya. Terpaksalah menuju kearah selatan dengan menyusur pantai . Tiba disebuah pelabuhan mereka turun dan mencari jejaknya tetapi sia-sia saja. Pelabuhan itulah yang terakhir di kunjungi Tamura. Sehingga pelabuhan itu dinamainya Tamura. Kota itu kemudian diberi nama Amurang yang berasal dari Tamura nama panglima Jepang itu.
Lalu bagaimanakah dengan nasib Karema dan Lumimuut ? Mereka terus melanglang mengelilingi tanah Minahasa. Pada suatu hari mereka tiba dipantai barat pegunungan Wulurmaatus. Karema pun melaksanakan upacara Keagamaan. “ Menghadaplah keselatan Lumimuut, ” kata Karema.
Lumimuut pun mengikuti kehendak Karema. Karema memohon kepada dewa sumber angi selatan untuk menghamili Lumimuut. Juga tidak berhasil. Demikian juga kesegal penjuru angin, namun tak member hasil. Sekali lagi Karema mencoba menghadapakan Lumimuut kearah barat. Kemudian bertiuplah angin kencang yang kemudian menghamili Lumimuut.
Lumimuutpun melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Toar yang sangat disayangi kedua wanita itu. Toarpun tumbuh menjadi laki-laki perkasa.
Setelah beberapa tahun, Karema menyuruh Toar dan Lumimuut untuk mengembara. Karema menyiapkan dua tongkat yang panjangnya sama untuk mereka berdua. “ Jika Toar betemu dengan seorang wanita atu Lumimuut bertemu seorang laki-laki, bandingkanlah tongkat yang kalian bawa. Bila sama berarti itu adalah keluarga. Tapi jika tidak itulah jodoh kalian, kawinlah dan beranak pinaklah,” kata Karema.
Toar dan Lumimuut mulai dengan pengembaraannya. Toar keutara dan Lumimuut keselatan. Setelah beberapa tahun mereka bertemu. Ternyata tongkat mereka tak sama lagi. Pesan Karema kemudian muncul diingatan mereka. Toar dan Lumimuut kemudian kawin dan beranak cucu. (Viarodei)

Sumber : Media Kawanua 5 november 1992

Jumat, Oktober 03, 2008

Kronologi dan perjalanan penamaan sehingga menjadi Kayuuwi

Editor : Oldi Remebet

Walaupun diperhadapkan dengan sempitnya waktu untuk tanggung jawab kesehariannya, Piay dan Karengis ini rupannya bukan tergolong orang yang lupa akan darimana mereka berasal ataun seperti kacang yang lupa akan kulitnya, bukan begitu tabiatnya. Dari problema yang ada mereka meluangkan waktu untuk bersilah-turahmi dengan family mereka yang ada di Tombasian dimana mereka dilahirkan , tumbuh, dan menjadi manusia dewasa.
Dan ternyata soal sapa menyapa itu sudah merupakan budaya tata krama suku Tompakewa, bila bertemu muka dengan seseorang yang walaupun orang yang menjadi obyek sapaan itu bukan familinya. Selalu diawali dengan sapaan, karena dari sapaan itu merupakan wujud suatu ikatan kekerabatan yang cukup kental.
Yang menjadi sapaan bagi Piay dan Karengis, adalah ;
“ Nimaayo re’e se tou marenak anduru indoyongan maroyong ing kayumauwi “. Artinya orang yang tinggal dekat sungai yang mengalirkan air yang berasal dari kayu berumbi sudah datang.
Proses penamaan yang dialami orang Tontumaratas terjadi pula pada Piay dan Karengis . Dimana terjadinya penyingkatan kalimat sampai pada penyederhanaan kata, yang bertujuan untuk mempersingkat waktu penyapaan.
Dan proses penyingkatan ini mengalami proses sebagai berikut :

1) “ Nimaai re.e se tou indoyongan Kayumauwi”
2) “ Nimaai re’e se tou ing kayumauwi “.
3) “ Nimaai re’e se Kayumauwi”.

Secara harafiah Kayu mauwi adalah,
Kayu…………..berarti kayu
Uwi……………..berarti umbi
Jadi secara utuh artinya adalah kayu yang memiliki umbi. Dan selanjutnya kalimat-kalimat diatas menjadi gelaran buat Piay dan Karengis jika mereka berkunjung kedesa asalnya.
Dan lama kelamaan Kayuuwi yang mengalami penyederhanaan, yang dulunya merupakan sapaan kini menjadi gelaran untuk orang-orang yang berdiam dipemukiman pertama, yang pada akhirnya menjadi sama sah untuk desa yang ada sekarang.

Keberadaan Kayuuwi Mula-mula



Di prediksikan tahun 1500 Piay dan Karengis mendatangi hutan yang akhirnya dijadikan tempat tinggal mereka, seperti yang dijelaskan terdahulu bahwa kedatangan mereka hanyalah untuk berburu yang lama kelamaan timbul keinginan untuk menetap, demi mewujudkan impian mereka menjadikan tanah ini sebagai tanah harapan yang dapat memenuhi segala kebutuhan integritasnya. Juga didorong oleh karena desa Tombasian asal mereka penduduknya semakin bertambah banyak.
Hal pertama yang mereka lakukan adalah membuat pondok yang dijadikan tempat berteduh. Karena mereka tahu tempat yang mereka jadikan tempat tinggal itu kaya akan makanan dan kaya akan persediaan lainnya untuk kebutuhan hidup, maka mereka menjadikan tempat itu menjadi tempat tinggal utama.
Sama halnya dengan yang dikemukakan didepan bahwa pemukiman yang mereka diami diapit oleh jurang dan sungai di empat penjuru mata angin nya.
Ternyata keberadaanya mendapat lirikan dan perhatian khusus dari kampung tetangga yang mengitari pemukiman Kayuuwi yang pertama ini. Sebagai bukti dengan kedatangan orang-orang sekitar. Sebagai bukti dengan berdatangnya orang-sekitar, yang tidak memiliki hubungannya dengan marga Piay dan Karengis ada pada ,masyarakat sekarang ini. Sebagai bukti nyata ditemukannya marga-marga seperti :
• Rorimpandei
• Lintang
• Sorongan
• Lolowang
• Rembet
• Rondonuwu
• Dan lainnya
Masukkya keluarga-keluarga dari luar membuat tekad mereka semakin bulat untuk lebih memperluas wanua ini. Diperkirakan tahun 1600 terealisasilah tekad dari keluarga-keluarga diatas, untuk memperluas kampung ini. Dibawah ayoman Tonaas Rorimpandei , serta pimpinan lainnya mereka bersama-sama memobilisasi masyarakat untuk menata kampung ini sehingga menjadi desa yang punya tata kehidupan yang lebih teratur dan terjaminnya stabilitas keamaman di banding dengan sebelumnya.
Didukung pula keberadaanya yang sudah merupakan benteng pertahanan yang alamiah. Tapi masih juga disiapkan ranjau darat yang sangat mematikan musuh dan penjahat yang berani menerobos masuk kedalam kampung tanpa ijin. Dan ranjau yang dimaksud ini terbuat dari bambu-bambu ( sebagai bukti dari tebing yang dulunya dipasang ranjau sekarang tumbuh berjenis - jenis bambu ). Tapi setelah ranjau bambu itu dipasang ada lagi yang menjadi masalah yaitu daerah bagian selatan yang bukan jurang, dari masalah itu akhirnya timbul ide mereka untuk mebuat parit yang dalam 3 meter begitu juga lebarnya 3 meter, dengan maksud untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak direncanakan ataupun diinginkan, misalnya masuknya penjahat atau perampok yang coba-coba untuk menerobos masuk.

Sabtu, September 20, 2008

Cikal bakal desa Kayuuwi

Cikal bakal berdirinya Desa Kayuuwi.

Pada dasarnya Kayuuwi ini bisa berdiri kuat dan megah dibumi persada Indonesia, dibumi nyiur melambai sebagai item dari suku Tompakewa yang dikenal dengan kelapa dan kopranya ini bukanlah berdiri dengan tanpa latar belakang yang pasti. Melainkan harus melalui suatu perjalanan sejarah yang sangat panjang.
Menurut kasak-kusuk yang berhasil direcord dari pendahulu-pendahulu, kononnya nenek moyang Kayuuwi berasal dari sebuah kampung yang letaknya disebelah barat daya penjuru mata angin yang tepatnya dikampung Tontumaratas. Diprediksikan mula dari perjalanan sejarah ini dimulai dari Toure, tesebutlah ada delapan orang dari Tontumaratas mengadakan sebuah perjalanan , diketahui mereka berjalan menyusuri hutan dengan mengikuti arah mata angin kebarat. Diantara mereka sempat diketahui satu nama dari kedelapan orang tersebut yaitu Kapero. Ditengah hutan mereka membuat sebuah pondok kecil, yang dibangun diantara pepohonan yang punya marga wasian dan lama kelamaan merekapun semakin betah tinggal disana dan bermukimlah mereka disana dan melanjutkan keturunan disana pula.
Kendatipun demikian, atau mereka mungkin sadar sudah terlalu lama mereka bermukin disana, tapi kerinduan akan sanak keluarga di Tontumaratas selalu mereka realisasikan, sesekali mereka berkunjung kesana untuk melepaskan rasa rindu mereka akan kampung dimana mereka dilahirkan . Dan setiap kali mereka berkunjung disana, seperti layaknya tradisi orang Tompakewa mereka disambut dengan sapaan:

“ Ni mayo se tou imbasian “

Yang memiliki arti “ orang-orang dari/yang berdiam diantara pepohonan wasian ( kayu cempaka ) sudah datang “. Yang lama kelamaan sebutan seperti ini menjadi sapaan buat mereka.
Secara etimologis Tou imbasian mempunyai arti,
Tou = Orang
I = Mempunyai makan sandang asal/tempat.
Wasian = Nama jenis kayu (Kayu Cempaka)
Disini huruf “ w “ menjadi “ nb “ karena telah mendapat imbuhan.
Dan hari-hari selanjutnya, mungkin bermaksud untuk lebih mempermudah atau mempersingkat sapaan, dan jadilah sapaan itu menjadi Tou imbasian dan diperpendek lagi menjadi Tombasian.
Tentu kuantitas dari penduduk yang dulunya Cuma delapan orang ini terus berlanjut demikian saja. Waktu demi waktu terus melaju mengikuti perkembangan yang terjadi, penghunipun semakin bertambah dan mengakibatkan mutasi penduduk ataupun perpindahan penduduk terjadi, yang konsekwensinya daerah berburupun semakin sempit sehingga mendorong orang untuk memperluas daerah perburuannya. Dan menurut cerita ada seorang pemburu yang menguasai daerah perburuan yang memanjang hingga menuju penjuru timur laut. Yang persisnya diesepanjang disepanjang alur sungai Ranoangko yang sering disebut sungai Nimanga, yang artinya cabang = panga (Tontemboan –red). Dan kemudian pemburu yang berasal dari Touimbasian ini mendiami daerah ini, yang merupakan sebuah delta. Mungkin dialah manusia yang pertama kali tinggal dipemukiman pertama.
Lokasi ini dideskripsikan, sebagai berikut :
Bagian utara ….. Berbatasan dengan lembah yang merupakan terjal yang curam yang dibawanya mengalir air sungai nimanga.
Bagian Utara…… Dibatasi oleh sungai dan jurang yang curam.
Selatannya ……..mengarah sungai yang berbela dua.
Dan bagian baratnya itu, dibatasi jurang yang curam dan sungai.
Jadi jika ditinjau dari sudut Military defend tempat ini dapat dijadikan daerah pertahanan dan benteng alami.
Benar juga, keadaan tersebut dijadikan sebagai penghalang jika ada ingin memasuki daerah ini secara sembunyi-sembunyi yang waktu itu daerah ini adalah pemukiman penduduk. Menurut kabar serta cerita orang tua yang terlebih dulu mengenal Kayuuwi sebelum kita-kita ini, yang menjadi penduduk pertama yang mendiami daerah ini adalah Piay dan Karengis dalam sejarah perkembangan peduduk Kayuuwi.
Sepasang manusia itu mendirikan sebuah pondok seperti halnya orang pertama di Touimbasian , yang tentunya dijadikan sebagai tempat untuk tinggal dan dijadikan model untuk menjalani kehidupan seperti layaknya adanya orang pada umumnya. Dan perlu diketahui pondok yang dijadikan tempat tinggal itupun bukan didirikan asal-asalan saja, tapi didirikan berdasarkan adat istiadat dan bahkan didasarkan pada kepercayaan waktu itu dengan artian supaya pondok yang didirikan itu dapat menjamin keamanan, kesehatan serta gejala sosial yang akan ditimbulkannya.
Perebutan daerah atau tempat untuk tinggal maupun daerah berburu sering dijadikan ajang perkelahian dan perebutan daerah koloni sehingga menjadi trauma social dalam meniti kehidupan selanjutnya, namun hantu sosial yang membayangi itu tidak dijadikan sebuah alasan ataupun dijadikan penghalang untuk kehidupan berikutnya karena mereka mempunyai tekad yang juga merupakan modal dasar yang kuat untuk menantang hal-hal seperti diatas yaitu “minaesa” atau kesatuan tanpa komando yang merupakan ciri utama yang menjadi identitas orang Minahasa keturunan Toar dan Lumimuut. Itulah yang ternyata yang ada pada diri Piay dan Karengis beserta penduduk lain.
Minahasa atau Tompakewa mengenal juga apa yang dinamakan jaman batu. Ini dibuktikan pada alat-alat yang digunakan sebagai perlengkapan berburu. Yang menjadi pengecualian bila akan mengiris daging tentunya bukan dilakukan dengan mengunakan batu melainkan dengan menggunakan tetewak.
Nanti orang Minahasa mengenal pisau dan perlengkapan dapur setelah bangsa lain masuk kedaerah ini. Begitupun yang digunakan untuk menanak nasi bukanlah menggunakan kuali seperti sekarang ini akan tetapi dimasak dengan menggunakan Tambelang atau Winaluyan (bambu yang sering digunakan untuk membuat pagar ). Dan sebagai tempat makan digunakan Tambelong yang asalnya dari bambu juga.
Yang dikenal dengan Nimaesa ternyata bukan hanya dapat dilihat pada saat diserang atau terancam musuh / penjahat atau pun dalam mempertahankan wilayah saja, dalam cara makanpun dapat kita buktikan !
Nah, bila waktunya untuk makan tiba mereka terlebih dahulu telah menyiapkan tempatnya, pertama mereka membuat sebuah timbunan tanah yang atasnya dibuat rata yang ukurannya dibuat sesuai dengan banyaknya orang yang ikut makan, kemudian tanah yang sudah diratakan tadi dibuat lubang melengkung, setelah itu letakkan daun sesuai dengan kebutuhan. Dengan tingkat tata karma yang berada pada tingkat norma adat yang mencerminkan orang timur, merekapun makan bersama.
Namun sesungguhnya hal semacam ini masih dapat kita lihat pada kampung-kampung yang masih memegang teguh adat budaya peninggalan leluhur. Tapi akhir-akhir ini seiring dengan perkembangan jaman dan pesatnya ilmu pengetahuan serta komunikasi yang semakin kompleks menyebabkan budaya asli/budaya timur mulai terkikis, yang mengakibatkan semakin langkanya budaya seperti diatas.