Sabtu, September 20, 2008

Cikal bakal desa Kayuuwi

Cikal bakal berdirinya Desa Kayuuwi.

Pada dasarnya Kayuuwi ini bisa berdiri kuat dan megah dibumi persada Indonesia, dibumi nyiur melambai sebagai item dari suku Tompakewa yang dikenal dengan kelapa dan kopranya ini bukanlah berdiri dengan tanpa latar belakang yang pasti. Melainkan harus melalui suatu perjalanan sejarah yang sangat panjang.
Menurut kasak-kusuk yang berhasil direcord dari pendahulu-pendahulu, kononnya nenek moyang Kayuuwi berasal dari sebuah kampung yang letaknya disebelah barat daya penjuru mata angin yang tepatnya dikampung Tontumaratas. Diprediksikan mula dari perjalanan sejarah ini dimulai dari Toure, tesebutlah ada delapan orang dari Tontumaratas mengadakan sebuah perjalanan , diketahui mereka berjalan menyusuri hutan dengan mengikuti arah mata angin kebarat. Diantara mereka sempat diketahui satu nama dari kedelapan orang tersebut yaitu Kapero. Ditengah hutan mereka membuat sebuah pondok kecil, yang dibangun diantara pepohonan yang punya marga wasian dan lama kelamaan merekapun semakin betah tinggal disana dan bermukimlah mereka disana dan melanjutkan keturunan disana pula.
Kendatipun demikian, atau mereka mungkin sadar sudah terlalu lama mereka bermukin disana, tapi kerinduan akan sanak keluarga di Tontumaratas selalu mereka realisasikan, sesekali mereka berkunjung kesana untuk melepaskan rasa rindu mereka akan kampung dimana mereka dilahirkan . Dan setiap kali mereka berkunjung disana, seperti layaknya tradisi orang Tompakewa mereka disambut dengan sapaan:

“ Ni mayo se tou imbasian “

Yang memiliki arti “ orang-orang dari/yang berdiam diantara pepohonan wasian ( kayu cempaka ) sudah datang “. Yang lama kelamaan sebutan seperti ini menjadi sapaan buat mereka.
Secara etimologis Tou imbasian mempunyai arti,
Tou = Orang
I = Mempunyai makan sandang asal/tempat.
Wasian = Nama jenis kayu (Kayu Cempaka)
Disini huruf “ w “ menjadi “ nb “ karena telah mendapat imbuhan.
Dan hari-hari selanjutnya, mungkin bermaksud untuk lebih mempermudah atau mempersingkat sapaan, dan jadilah sapaan itu menjadi Tou imbasian dan diperpendek lagi menjadi Tombasian.
Tentu kuantitas dari penduduk yang dulunya Cuma delapan orang ini terus berlanjut demikian saja. Waktu demi waktu terus melaju mengikuti perkembangan yang terjadi, penghunipun semakin bertambah dan mengakibatkan mutasi penduduk ataupun perpindahan penduduk terjadi, yang konsekwensinya daerah berburupun semakin sempit sehingga mendorong orang untuk memperluas daerah perburuannya. Dan menurut cerita ada seorang pemburu yang menguasai daerah perburuan yang memanjang hingga menuju penjuru timur laut. Yang persisnya diesepanjang disepanjang alur sungai Ranoangko yang sering disebut sungai Nimanga, yang artinya cabang = panga (Tontemboan –red). Dan kemudian pemburu yang berasal dari Touimbasian ini mendiami daerah ini, yang merupakan sebuah delta. Mungkin dialah manusia yang pertama kali tinggal dipemukiman pertama.
Lokasi ini dideskripsikan, sebagai berikut :
Bagian utara ….. Berbatasan dengan lembah yang merupakan terjal yang curam yang dibawanya mengalir air sungai nimanga.
Bagian Utara…… Dibatasi oleh sungai dan jurang yang curam.
Selatannya ……..mengarah sungai yang berbela dua.
Dan bagian baratnya itu, dibatasi jurang yang curam dan sungai.
Jadi jika ditinjau dari sudut Military defend tempat ini dapat dijadikan daerah pertahanan dan benteng alami.
Benar juga, keadaan tersebut dijadikan sebagai penghalang jika ada ingin memasuki daerah ini secara sembunyi-sembunyi yang waktu itu daerah ini adalah pemukiman penduduk. Menurut kabar serta cerita orang tua yang terlebih dulu mengenal Kayuuwi sebelum kita-kita ini, yang menjadi penduduk pertama yang mendiami daerah ini adalah Piay dan Karengis dalam sejarah perkembangan peduduk Kayuuwi.
Sepasang manusia itu mendirikan sebuah pondok seperti halnya orang pertama di Touimbasian , yang tentunya dijadikan sebagai tempat untuk tinggal dan dijadikan model untuk menjalani kehidupan seperti layaknya adanya orang pada umumnya. Dan perlu diketahui pondok yang dijadikan tempat tinggal itupun bukan didirikan asal-asalan saja, tapi didirikan berdasarkan adat istiadat dan bahkan didasarkan pada kepercayaan waktu itu dengan artian supaya pondok yang didirikan itu dapat menjamin keamanan, kesehatan serta gejala sosial yang akan ditimbulkannya.
Perebutan daerah atau tempat untuk tinggal maupun daerah berburu sering dijadikan ajang perkelahian dan perebutan daerah koloni sehingga menjadi trauma social dalam meniti kehidupan selanjutnya, namun hantu sosial yang membayangi itu tidak dijadikan sebuah alasan ataupun dijadikan penghalang untuk kehidupan berikutnya karena mereka mempunyai tekad yang juga merupakan modal dasar yang kuat untuk menantang hal-hal seperti diatas yaitu “minaesa” atau kesatuan tanpa komando yang merupakan ciri utama yang menjadi identitas orang Minahasa keturunan Toar dan Lumimuut. Itulah yang ternyata yang ada pada diri Piay dan Karengis beserta penduduk lain.
Minahasa atau Tompakewa mengenal juga apa yang dinamakan jaman batu. Ini dibuktikan pada alat-alat yang digunakan sebagai perlengkapan berburu. Yang menjadi pengecualian bila akan mengiris daging tentunya bukan dilakukan dengan mengunakan batu melainkan dengan menggunakan tetewak.
Nanti orang Minahasa mengenal pisau dan perlengkapan dapur setelah bangsa lain masuk kedaerah ini. Begitupun yang digunakan untuk menanak nasi bukanlah menggunakan kuali seperti sekarang ini akan tetapi dimasak dengan menggunakan Tambelang atau Winaluyan (bambu yang sering digunakan untuk membuat pagar ). Dan sebagai tempat makan digunakan Tambelong yang asalnya dari bambu juga.
Yang dikenal dengan Nimaesa ternyata bukan hanya dapat dilihat pada saat diserang atau terancam musuh / penjahat atau pun dalam mempertahankan wilayah saja, dalam cara makanpun dapat kita buktikan !
Nah, bila waktunya untuk makan tiba mereka terlebih dahulu telah menyiapkan tempatnya, pertama mereka membuat sebuah timbunan tanah yang atasnya dibuat rata yang ukurannya dibuat sesuai dengan banyaknya orang yang ikut makan, kemudian tanah yang sudah diratakan tadi dibuat lubang melengkung, setelah itu letakkan daun sesuai dengan kebutuhan. Dengan tingkat tata karma yang berada pada tingkat norma adat yang mencerminkan orang timur, merekapun makan bersama.
Namun sesungguhnya hal semacam ini masih dapat kita lihat pada kampung-kampung yang masih memegang teguh adat budaya peninggalan leluhur. Tapi akhir-akhir ini seiring dengan perkembangan jaman dan pesatnya ilmu pengetahuan serta komunikasi yang semakin kompleks menyebabkan budaya asli/budaya timur mulai terkikis, yang mengakibatkan semakin langkanya budaya seperti diatas.

Jumat, September 19, 2008

About Kayuuwi

Kayuuwi Ro’ong Palelon

Di ketinggian 700 meter diatas permukaan laut. Berdiri kokoh sebuah desa yang merupakan jantung dari kabupaten minahasa, desa yang menjadi bagaian dari kecamatan Kawangkoan. Sebuah desa yang cukup dikenal di Sulawesi Utara bahakan sampai kepenjuru dunia, dikenal karena keberadaanya. Desa yang dikenal menghasilkan tenaga-tenaga teampil dibidang pertukangan dan karya-karyanya dibidang property.
Selain dikenal dengan itu desa ini juga dikenal juga dengan air terjunnya yang begitu indah seakan melukiskan sebuah karya sang pencipta yang tak bisa direpro kembali olh manusia, walaupun ada yang lain yang mempunyai nilai estetika yang tinggi tak dapat menandingi keindahannya.
Serta banyak pula penghargaan dari pemerintah pusat dari berbagai lomba yang pernah diikuti , dan juga merupakan desa percontohan dimasa itu. Dengan bermodalkan hierarki desa swasembada lima.
Sebuah desa yang terletak dijalur sirkum mediratenia yang menghubungkan salah satunya darerah Sulawesi dengan menghubungkan dua gunung yang cukup terkenal dan masih aktif yaitu gunung Lokon dan Soputan. Dengan beradanya desa ini diantara kedua gunung ini membawa berkah untuk bercocok tanam disektor pertanian, ini dibuktikan dengan kesuburan tanahnya.
Kayuuwi dikelilingi oleh perbukitan, yang mana hampir semua dikiri-kananya dikelilingi dengan bukit-bukit seperti Kelelondei, manimporok, Tonderukan yang mengikuti lembah Toang dan Nimanga sehingga menghasilkan udara dan hembusan angin yang sejuk.
Tekstur tanah berpasir bercampur tanah liat merupakan keadaan tanahnya, udara dingin menjadi ciri khas daerah pegunungan yang menjadi bagian dari desa Kayuuwi.
Kayuuwi bukan merupakan satu pulau tersendiri melainkan merupakan bagian kecil dari sebuah pulau yang mempunyai batas yang berbatas darat dengan darat, dimana disebelah utaranya berbatasan dengan desa Kiawa ditandai oleh sungai nimanga, bagian timur berbatasan dengan kelurahan Talikuran. Sedang disebelah baratnya berbatasan berbatasan langsung dengan desa Tombasian dan Tareran serta disebelah selatan berbatasan dengan wilayah kepolisian Kanonang.
Kayuuwi memiliki sebuah kantor yang permanen dilengkapi dengan balai pertemuannya yang cukup representative. Adapun kantor ini dibangun sendiri dengan sumber dana Swadaya masyarakat. Juga disetiap jaganya yang terdiri dari enam jaga mempunyai kantor jaganya sendiri dengan bentuk fisik permanen dilengkapi dengan peralatan pesta dan peralatan acara lainnya yang terbilang memadai.
Kayuuwi ro’ong ta waya ro’ong paaruyen ro’ong palelon cita imbaya.





1

Selasa, September 16, 2008

Hut Kayuuwi sederhana tapi meriah

Ibadah HUT Kayuuwi dimulai tepat jam 2 siang, walaupun tidak sesuai jadwal yang beredar namum acaranya cukup meriah ibadah dipimpin Pdt M Karundeng Mth. Tampak hadir wakil bupati Minahasa bpk Jantje Sayow, pejabat lainnya yang hadir ibu G Kawatu yg merupakan putri asal Kayuuwi. Dalam sambutannya wakil bupati mewanti-wanti kpd warga agar tetap menjaga kebersamaan apabila pemekaran nanti direalisasikan, wabup juga memberi apresiasi positif atas tingginya semangat berpartisipasi warga Kayuuwi dlm menunjang program pemerintah. Tak lupa juga wabup menyampaikan selamat atas keberhasilan Kayuuwi pada lomba desa.Sambutan juga diberikan kepada orang-orang Kayuuwi yang berasal dari luar Kayuuwi dan ini dibawakan oleh Bpk. Rumondor mantan kepala biro keuangan Sulut. Hadir pula putra putri asal Kayuuwi dari berbagai daerah. Dalam acara ini juga dimeriakan dgn hiburan-hiburan menarik. Menjelang ramah tamah diadakan penyerahan hadiah kepada para mantan kuntua juga penyerahan sebuah buku sejarah dari rukun Kayuuwi di Bitung. pada acara ini juga diadakan pengundian kupon berhadiah dengan hadiah utam sebuah sepeda motor.

Senin, September 15, 2008

Iktisar penamaan desa Kayuuwi (3)

..." Ni ma'ayo re'e se tou marenak anduru indoyongan maroyong ing Kayumauwi" kemudian berubah menjadi " nima'ai re'e se Kayumauwi" maka jadilah desa ini menjadi Kayumauwi. Yang pd akhirnya di pendekan lagi dengan nama " Kayuuwi ". Selesai*

Sabtu, September 13, 2008

Iktisar penamaan desa kayuuwi ( bag 2 )

... suatu perjalanan untuk mencari tempat berburu yg baru, mereka melakukan perjalanan diperkirakan pada tahun 1500. Sama halnya dengan kedelapan orang diatas merekapun mencari tempat untuk berteduh ( di Mawale sekarang ). Yang konon tempat itu banyak ditumbuhi pohon yang menghasilkan umbi. Dan tempat itu di kelilingi oleh jurang dan sungai, dimana di utaranya berbatasan dgn lembah yg terjal dan dibawahnya mengalir air sungai Nimanga sebagai perpanjangan dari sungai Ranoangko. Hal ini mungkin menjadi awal penamaannya. Bisa dideskripsikan begini, karena alasan budaya tata krama yg cukup tinggi sehingga dlm menyambut seseorang ya datang kesuatu tempat atau asalnya, harus dengan sapaan yg penuh hormat maka ini sapaanya : ... Bersambung...

Jumat, September 12, 2008

Iktisar penamaan desa Kayuuwi

Wanua Kayuuwi ini ada di tanah minahasa di awali dari wanua Tontumaratas, tersebutlah ada delapan orang dari desa toure (sekarang) yg mencari nafkah lewat perburuan binatang, karena pada waktu itu yg menjadi makanan utama salah satunya dari daging binatang. Mereka menyusuri hutan mengikuti penjuru mata angin ke barat. Diketahui salah seorang dari mereka bernama Kapero. Dan akhirnya mereka tibd di sebuah tempat dibawah pohon Wasian dan akhirnya mereka menetap disana. Dikarenakan tempat mereka tinggak semakin padat, menyebabkan lahan berburu semakin sempit, hal ini membuat mereka berusaha mencari tempat baru. Tersebutlah Piay & Karengis mencoba mencari peruntungan lain, dimana mereka melakukan... Bersambung