Kamis, November 13, 2008

Pendidikan dan perkembangannya

Dari hari ke hari sumber peningkatan daya manusia sudah merupakan keharusan untuk ditingkatkan. Karena keberhasilan dimasa yang akan datang membutuhkan sumber daya manusia yang benar-benar berkualitas, karena sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal dasar yang merupakan indicator peningkatan kesejahteraan.
Kebutuhan akan pendidikan akan selalu diperlukan dimasa yang akan datang, mengingat ilmu pengetahuan dan tehnologi akan berkembang terus menerus dan akan mengalami perubahan jadi tidak menunggu manusia yang masa bodoh saja. Ditinjau dari seluruh aspek kehidupan pendidikan mendapat tempat yang paling strategis dan funsionil.
Permintaan akan tenaga-tenaga terdidik terus meningkat akan tetapi tenaga yang berkualitas masih kurang, jadi untuk menjawab tantangan itu pendidikan yang menjadi tumpuan baik itu pendidikan formal ataupun non formal.




Sejarah Pendidikan di Kayuuwi
Dimasa prasejarah pendidikan yang kita ketahui biasanya dilakukan dilingkungan keluarga saja. Yang mana pendidikan waktu itu selalu dihubung-hubungkan dengan kepercayaan yang arkais. Diketahui yang menjadi bahan pelajarannya adalah berbebtuk ancaman dengan cara menakut-nakuti dengan peringatan bahwa jika kita melakukan sesuatu yang salah katanya kita akan dihukum oleh roh-roh yang tidak kelihatan. Jadi apa yang diperintahkan kepda anak selalu dilaksanakan secepatnya, tanpa harus ada pembantahan dari si anak. Pendidikan yang diwujudkan masih diberikan secara lisan, dan begitulah seterusnya, sampai pada tahun 1931 Belandapun masuk ditanah Minahasa.
Tahun 1945 sekolah dibuka yang walaupun fasilitas gedungnya belum ada, jadi proses belajar dan mengajar masih dilakukan dibawah pohon yang rindang. Diamana telah diterangkan didepan bahwa yang membuka dan sekaligus pengajar adalah seorang pendeta utusan NZG. Dikarenakan guru yang datng megjar itu tidak setiap hari datang, maka menjadi pengganti ditunjuk kepada pelajar yang sudah dianggap pandai atau dengan meminta tenaga pengajar dari Tombasian atau dari kawangkoan.
Sebagai julukan bagi guru pengganti adalah “onder master”. Sedang yang benar-benar guru dari hasil pendidikan khusus disebut “ Maester”.
Adapun guru yang datang bergantian untuk mengajar pada waktu itu adalah:
- Christian orang Ambon yang dibawah Helendon.
- Joseph Mioyo dari Amurang
- Eliasa Tangkau dari Tondano.
Tahun 1860 kuantitas murid yang mengikuti proses belajar baru berjumlah 30 orang. Tahun 1870 Markus Kaligis yang baru tamat dari sekolah guru diangkat menjadi kepala sekolah.
Tahun1881 ia dipindahkan ke Kasuratan, dan posisinya diganti oleh Michael Kesek, kemudian Urbanus Lolowang yang sekaligus menjadi Guru Jemaat.
Tahun 1883 gedung gereja didirikan, tempat belajar tidak lagi diadakan dirumah kini memakai gedung Gereja. Dan waktu itu pula kepala sekolah diganti oleh Netanael Momongan juga diangkat sebagai guru jemaat. Tahun 1890 Kepala sekolah diduduki oleh Markus mangindaan, setahun kemudian diganti oleh E. Kelung. Dan kurun waktu 1892 sampai 1893 mengalami kekosongan pemimpin, sehinga tugas ini diberikan kembali kepada Aristarkus Kaligis yang kali ini dibantu oleh Thomas Rorimpandei. Bulan desember 1893 kembali lagi kepemimpinan diduduki oleh Mangindaan.
Kemudian 1895, pendeta Scwarsz yang dulunya pernah mengajar disini menyusun sebuah buku bacaan dalam bahasa Tontemboan dengan judul “ Paejaan weru e nera e Tontemboan “, yang ia kerjakan selama 18 tahun.
Tahun 1912 M Mangindaan diemirituskan, dan pada tahun itu juga guru ditambah 3 yakni :
1. Charlie Sumilat
2. Kaleb Rumondor
3. Netanael Ruindungan.
Tahun 1917 , yang menjadi kepala sekolah adalah Charlie Tangkere. Pada waktu itu sekolah tiga tahun dilaksanakan, tahun1922 gedung sekolah didirikan dengan kapasitas 4 bilik, dan sekolah itu ditahbiskan oleh Pendeta Schroden tepatnya bulan maret tanggal 6. Pada 1 september dibukalah Vervolgschool yang merupakan lanjutan dari kelas 3, walaupun berdiri tanpa subsidi dan 11 oktober 1927 Vervogschool ditahbishan oleh kepala sekolahnya pada waktu itu yaitu Hendrik G. Rumondor dan pada 22 maret 1929 gedung sekolah direhabilitasi.
Dalam kurun waktu 1942 – 1945 guru-guru tidak lagi digaji oleh gereja ( tahun 1932 digaji leh gerjeja ) kini menjadi tanggungan pemerintah. Setelah itu masuklah Jepang sehingga nama sekolah diganti dengan nama “ Futsu jogyo to gakko “.
Tahun 1946 nama sekolah berganti lagi dengan nama Sekolah Rakyat. Tahun tahun 1960 TK GMIM didirikan, kemudian 4 empat tahun kemudian skolah Rakyat berganti nama menjadi sekolah dasar. Selalan dengan itu gedung sekolah dipindahkan ke Lewetan. Tanggal 21 september 1964 gedung sekolah ditahbiskan, dan satu tahun berikutnya SD GMIM yang baru berdiri itu diberikan penghargaan sebagai sekolah teladan.
Tahun 1980 dibuka sebuah Fakultas Psikologis tempatnya dibalai pertemuan gereja yang lama. Kemudian pada tahun itu juga SD Inpres didirikan di Kayuuwi.





SD GMIM KAYUUWI
Didirikan : Tahun 1964
Ditahbiskan : 21 September 1964
Kepala sekolah yang pernah menjadi pemimpin SD GMIM Kayuuwi :
1. Benyamin Assa ( … - 1947 )
2. Hendrik G Rumondor ( 1947 – 1961 )
3. Oscar Rembet ( 1961 – 1966 )
4. M. S. Rembet Waney ( 1966 – 1984 )
5. Mas M Kaligis ( 1984 – 1993 )
6. Andries Lindang A. Ma Pd ( 1993 - … )
Guru-guru yang sempat membaktikan dirinya untuk pengembangan sumber daya manusia di SD GMIM Kayuuwi :

H G Rumondor
L Rompas
Noh Rembet
Demas Lapian
Paul Watung
Benyamin Assa
Heloise Tangkere
Oscar Rembet
A Salendu
Gilbert Rembet
Johanis Kaligis
Marie Rumampuk
M A Waworuntu
Abraham Rorimpandei
Willem Karinda
Hermin F. Kaligis
Jermias Wowiling
Helena Sorongan
M S Waney
Annie Sondak
M A wowiling
Albert Sorongan
Victor Manembu
Bernard Lapian
Fredrik Wowiling
M J Rawis
H J Sondakh
Marie Umboh
Estefien Lapian
Jeltje Assa
Petronela Kaligis
Sintje M Rembet
Annie Walukouw
J Watung Rorimpandei
Alfred Rondonuwu
A P M Langi
J B Assa
M Walukouw R
M S Kaligis
Altje Watung
Dientje Rumondor
Marie Watung
Hermina Lapian
Willem H. Watung
Dientje Lapian
Anatje Lapian
Jeltje Rembet
Annie M Raintung
M S M Watung
Truitje D Rembet
Stientje H Lapian
Hendrik B Assa
Dan E Kaligis
Herlen H Wowiling
Youdi M Lapian
Jan A Rorimpandei
Julius A Rembet
Kimiko A Lapian
Helen A Wowiling
Martha Rembet
Kaleb Rembet
Magriet L Lintang
Margotje Y Sorongan
Irene D Watung
N H Rembet
Betsi Wokas
Agustina R Rondodnuwu
Jouke G Lapian
Joutje Tumbelaka
Non R Rembet
K T H Kaligis
Wilhem Lumintang
Jan H Pinatik
N A Lapian
Andries Lintang
A M Talumewo
Margotje Rembet
Jenny E Lapian
O A Rembet
Henny Rumondor


SD INPRES KAYUUWI
Didirikan : 1980
No. Register : NSS 1011170214021
NSB 0071128103012002
Status : Negeri

Dibawah ini adalah kepala-ke[ala sekolah yang pernah mengabdikan dirinya untuk sekolah ini :
1. Hendrik J Sondakh
2. K T H Kaligis
3. F H Poli A. Ma Pd
Dan dibawah ini adalah guru-guru yang pernah mengajar disekolah ini ;
1. P Kaligis R
2. O Lapian
3. N Watung R
4. D Rembet Lapian
5. M J Rawis
6. Bernard Lapian
7. Annie Walukouw
8. A Raintung
9. A M Raintung
10. J T Bandaso
11. Novie F Lintang
12. A Watung
13. L G R Rorimpandei

Pendidikan dan perkembangannya

Dari hari ke hari sumber peningkatan daya manusia sudah merupakan keharusan untuk ditingkatkan. Karena keberhasilan dimasa yang akan datang membutuhkan sumber daya manusia yang benar-benar berkualitas, karena sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal dasar yang merupakan indicator peningkatan kesejahteraan.
Kebutuhan akan pendidikan akan selalu diperlukan dimasa yang akan datang, mengingat ilmu pengetahuan dan tehnologi akan berkembang terus menerus dan akan mengalami perubahan jadi tidak menunggu manusia yang masa bodoh saja. Ditinjau dari seluruh aspek kehidupan pendidikan mendapat tempat yang paling strategis dan funsionil.
Permintaan akan tenaga-tenaga terdidik terus meningkat akan tetapi tenaga yang berkualitas masih kurang, jadi untuk menjawab tantangan itu pendidikan yang menjadi tumpuan baik itu pendidikan formal ataupun non formal.




Sejarah Pendidikan di Kayuuwi
Dimasa prasejarah pendidikan yang kita ketahui biasanya dilakukan dilingkungan keluarga saja. Yang mana pendidikan waktu itu selalu dihubung-hubungkan dengan kepercayaan yang arkais. Diketahui yang menjadi bahan pelajarannya adalah berbebtuk ancaman dengan cara menakut-nakuti dengan peringatan bahwa jika kita melakukan sesuatu yang salah katanya kita akan dihukum oleh roh-roh yang tidak kelihatan. Jadi apa yang diperintahkan kepda anak selalu dilaksanakan secepatnya, tanpa harus ada pembantahan dari si anak. Pendidikan yang diwujudkan masih diberikan secara lisan, dan begitulah seterusnya, sampai pada tahun 1931 Belandapun masuk ditanah Minahasa.
Tahun 1945 sekolah dibuka yang walaupun fasilitas gedungnya belum ada, jadi proses belajar dan mengajar masih dilakukan dibawah pohon yang rindang. Diamana telah diterangkan didepan bahwa yang membuka dan sekaligus pengajar adalah seorang pendeta utusan NZG. Dikarenakan guru yang datng megjar itu tidak setiap hari datang, maka menjadi pengganti ditunjuk kepada pelajar yang sudah dianggap pandai atau dengan meminta tenaga pengajar dari Tombasian atau dari kawangkoan.
Sebagai julukan bagi guru pengganti adalah “onder master”. Sedang yang benar-benar guru dari hasil pendidikan khusus disebut “ Maester”.
Adapun guru yang datang bergantian untuk mengajar pada waktu itu adalah:
- Christian orang Ambon yang dibawah Helendon.
- Joseph Mioyo dari Amurang
- Eliasa Tangkau dari Tondano.
Tahun 1860 kuantitas murid yang mengikuti proses belajar baru berjumlah 30 orang. Tahun 1870 Markus Kaligis yang baru tamat dari sekolah guru diangkat menjadi kepala sekolah.
Tahun1881 ia dipindahkan ke Kasuratan, dan posisinya diganti oleh Michael Kesek, kemudian Urbanus Lolowang yang sekaligus menjadi Guru Jemaat.
Tahun 1883 gedung gereja didirikan, tempat belajar tidak lagi diadakan dirumah kini memakai gedung Gereja. Dan waktu itu pula kepala sekolah diganti oleh Netanael Momongan juga diangkat sebagai guru jemaat. Tahun 1890 Kepala sekolah diduduki oleh Markus mangindaan, setahun kemudian diganti oleh E. Kelung. Dan kurun waktu 1892 sampai 1893 mengalami kekosongan pemimpin, sehinga tugas ini diberikan kembali kepada Aristarkus Kaligis yang kali ini dibantu oleh Thomas Rorimpandei. Bulan desember 1893 kembali lagi kepemimpinan diduduki oleh Mangindaan.
Kemudian 1895, pendeta Scwarsz yang dulunya pernah mengajar disini menyusun sebuah buku bacaan dalam bahasa Tontemboan dengan judul “ Paejaan weru e nera e Tontemboan “, yang ia kerjakan selama 18 tahun.
Tahun 1912 M Mangindaan diemirituskan, dan pada tahun itu juga guru ditambah 3 yakni :
1. Charlie Sumilat
2. Kaleb Rumondor
3. Netanael Ruindungan.
Tahun 1917 , yang menjadi kepala sekolah adalah Charlie Tangkere. Pada waktu itu sekolah tiga tahun dilaksanakan, tahun1922 gedung sekolah didirikan dengan kapasitas 4 bilik, dan sekolah itu ditahbiskan oleh Pendeta Schroden tepatnya bulan maret tanggal 6. Pada 1 september dibukalah Vervolgschool yang merupakan lanjutan dari kelas 3, walaupun berdiri tanpa subsidi dan 11 oktober 1927 Vervogschool ditahbishan oleh kepala sekolahnya pada waktu itu yaitu Hendrik G. Rumondor dan pada 22 maret 1929 gedung sekolah direhabilitasi.
Dalam kurun waktu 1942 – 1945 guru-guru tidak lagi digaji oleh gereja ( tahun 1932 digaji leh gerjeja ) kini menjadi tanggungan pemerintah. Setelah itu masuklah Jepang sehingga nama sekolah diganti dengan nama “ Futsu jogyo to gakko “.
Tahun 1946 nama sekolah berganti lagi dengan nama Sekolah Rakyat. Tahun tahun 1960 TK GMIM didirikan, kemudian 4 empat tahun kemudian skolah Rakyat berganti nama menjadi sekolah dasar. Selalan dengan itu gedung sekolah dipindahkan ke Lewetan. Tanggal 21 september 1964 gedung sekolah ditahbiskan, dan satu tahun berikutnya SD GMIM yang baru berdiri itu diberikan penghargaan sebagai sekolah teladan.
Tahun 1980 dibuka sebuah Fakultas Psikologis tempatnya dibalai pertemuan gereja yang lama. Kemudian pada tahun itu juga SD Inpres didirikan di Kayuuwi.





SD GMIM KAYUUWI
Didirikan : Tahun 1964
Ditahbiskan : 21 September 1964
Kepala sekolah yang pernah menjadi pemimpin SD GMIM Kayuuwi :
1. Benyamin Assa ( … - 1947 )
2. Hendrik G Rumondor ( 1947 – 1961 )
3. Oscar Rembet ( 1961 – 1966 )
4. M. S. Rembet Waney ( 1966 – 1984 )
5. Mas M Kaligis ( 1984 – 1993 )
6. Andries Lindang A. Ma Pd ( 1993 - … )
Guru-guru yang sempat membaktikan dirinya untuk pengembangan sumber daya manusia di SD GMIM Kayuuwi :

H G Rumondor
L Rompas
Noh Rembet
Demas Lapian
Paul Watung
Benyamin Assa
Heloise Tangkere
Oscar Rembet
A Salendu
Gilbert Rembet
Johanis Kaligis
Marie Rumampuk
M A Waworuntu
Abraham Rorimpandei
Willem Karinda
Hermin F. Kaligis
Jermias Wowiling
Helena Sorongan
M S Waney
Annie Sondak
M A wowiling
Albert Sorongan
Victor Manembu
Bernard Lapian
Fredrik Wowiling
M J Rawis
H J Sondakh
Marie Umboh
Estefien Lapian
Jeltje Assa
Petronela Kaligis
Sintje M Rembet
Annie Walukouw
J Watung Rorimpandei
Alfred Rondonuwu
A P M Langi
J B Assa
M Walukouw R
M S Kaligis
Altje Watung
Dientje Rumondor
Marie Watung
Hermina Lapian
Willem H. Watung
Dientje Lapian
Anatje Lapian
Jeltje Rembet
Annie M Raintung
M S M Watung
Truitje D Rembet
Stientje H Lapian
Hendrik B Assa
Dan E Kaligis
Herlen H Wowiling
Youdi M Lapian
Jan A Rorimpandei
Julius A Rembet
Kimiko A Lapian
Helen A Wowiling
Martha Rembet
Kaleb Rembet
Magriet L Lintang
Margotje Y Sorongan
Irene D Watung
N H Rembet
Betsi Wokas
Agustina R Rondodnuwu
Jouke G Lapian
Joutje Tumbelaka
Non R Rembet
K T H Kaligis
Wilhem Lumintang
Jan H Pinatik
N A Lapian
Andries Lintang
A M Talumewo
Margotje Rembet
Jenny E Lapian
O A Rembet
Henny Rumondor


SD INPRES KAYUUWI
Didirikan : 1980
No. Register : NSS 1011170214021
NSB 0071128103012002
Status : Negeri

Dibawah ini adalah kepala-ke[ala sekolah yang pernah mengabdikan dirinya untuk sekolah ini :
1. Hendrik J Sondakh
2. K T H Kaligis
3. F H Poli A. Ma Pd
Dan dibawah ini adalah guru-guru yang pernah mengajar disekolah ini ;
1. P Kaligis R
2. O Lapian
3. N Watung R
4. D Rembet Lapian
5. M J Rawis
6. Bernard Lapian
7. Annie Walukouw
8. A Raintung
9. A M Raintung
10. J T Bandaso
11. Novie F Lintang
12. A Watung
13. L G R Rorimpandei

Agama dan kepercayaan

Pengantar
Manusia adalah mahluk ciptaaan Tuhan yang paling mulia dialam semesta ini, bila dibanding dengan mahluk lainnya, manusia mempunyai akal budi dan perasaan.
Jadi dengan demikian manusia mempunyai keyakinan bahwa didunia ada suatu kuasa yang mengatur tata kehidupan manusia. Sehingga manusia berusaha mencari kuasa itu , karena diyakini bahwa kuasa itu dapat memberi pertolongan dari setiap kesulitan yang dihadapi manusia dan bisa pula memberi malapetaka buat manusia apabila manusia tidak menuruti segala kehendaknya.
Agama mempunyai arti suatu cara menyembah sesuatu yang dianggap berkuasa diatas kehidupan alam semesta ini beserta isinya. Agama jika diterapkan dalam terang Injil Tuhan,jelas bahwa :
a. Injil Tuhan merupakan seruan untuk melakukan kasih, baik kepada Tuhan atau kepada sesama.
b. Injil Tuhan merupakan seruan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran.
c. Allah adalah sumber dari segala sesuatu.
Agama adalah dasar utama hidup manusia, karena dengan agamalah manusia dituntun untuk mengenal Tuhan, KaryaNya, dan KehendakNya.
Kaitan Agama dengan Pancasila, yang mana Agama adalah sebuah sebuah pola tingkah laku yang mendasari hidup beragama, berbangsa dan bernegara Indonesia.
Keberadaan agama di desa Kayuuwi mempunyai kaitan erat dengan yang disebut gereja. Gereja mempunyai kedudukan yang sangat potensial dalam tata kehidupan perkembangan serta pertumbuhan yang terjadi di Kayuuwi.
Secara umum Gereja mempunyai batasan sebagai berikut :
 Gereja adalah ciptaan Tuhan.
 Gereja adalah keluarga Allah dan tubuh Kristus.
 Gereja adalah oikumenis, secara prinsipil Gereja merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari semua orang beriman, semua bangsa dan Negara.
Gereja mempunyai tugas untuk memuliakan Allah didalam kebaktian, memberitahkan injil kepada sesama manusia, menjalankan sakramen menurut ketentuan Kristus, dan bersaksi melayani senua orang.
Sedang tugas Gereja kepada Negara ada tiga unsure pokok yaitu kekuasaan, keadilan dan cinta kasih. Ditinjau dan diteliti lebih dalam lagi tugas Gereja adalah sebagai berikut :
a) Gereja harus selalu mengingatkan, agar Negara menggunakan kekuasaan harus didasarkan pada keadilan dan cinta kasih.
b) Gereja harus dengan positif mendukung setiap program kegiatan yang dilaksanakan oleh Negara, terutama program pembagunan manusia sejahtera., jika perlu gereja menjadi tokoh utamanya.
c) Gereja harus selalu dengan tulus mendoakan Negara, pemerintah dan rakyat, agar selalu mendapat berkat dan keselamatan yang berkelimpahan oleh Tuhan.
Jadi keberadaan agama merupakan sesuatu yang sangat prinsipil dalam tata kehidupan yang terjadi didesa Kayuuwi.

Kepercayaan masyarakat dan adat istiadat Kayuuwi Tempo dulu serta perkembangannya.

Aninisme dimasa lalu.
Seperti yang dialami nenek moyang disetiap daerah di Indonesia pada umumnya mengenal kepercayaaan seperti ini, karena mereka hidup dimasa belum hadirnya kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Jika demikian yang dialami oleh daerah lainnnya, seperti inilah yang terjadi dan pernah ada di desa Kayuuwi. Yang menurut mereka hidup dimasa itu, bahwa semua benda itu memiliki roh atau mahluk halus yang sakti dan mempunyai kehendak. Karena mereka meyakini bahwa dengan akal budi dan perasaan, manusia menyadari serta meyakini bahwa ada kuasa besar yang mengatur tata kehidupan alam semesta. Kuasa ini diyakini juga dapat menolong manusia dalam mengatasi masalah hidup. Berdasarkan keyakinan itulah sehingga mereka mencari dan menyembah kuasa yang besar itu juga dibarengi rasa takut akan terjadinya malapetaka menimpa hidup mereka.
Itu nyata hadir dalam kehidupan masyarakat Kayuuwi dimasa itu, sebagai contoh ;
- Membuang nasi maka nasi itu akan mencubit kita.
- Main benda tajam di percayai akan mengakibatkan sesuatu yang buruk akan menimpa kita.
- Orang yang sudah mati diyakini jiwanya tetap ada dan membutuhkan sesuatu yang sama dengan manusia yang masih hidup, bisa diliat pada pemberian sesajen atau “ma’omper” yang diletakan diujung meja setiap kali akan makan (biasanya juga diletakan dikamar yang telah disediahkan untuk itu).

Cara mengusir wabah penyakit atau tolak bala
Apa bila pergantian tahun itu tiba maka para dukun atau tua-tua kampung melakkan suatu ritual tolak bala yakni berjalan menyusuri pelosok kampung sambil membawa tiga batang lidi kemudian mereka melompati pagar demi pagar, halaman demi halaman seraya memukul-mukulkan tiga batang lidi tadi itu keudara dengan maksud agar supaya roh-roh jahat itu pergi menjauh dari dari kampong. Kegiatan seperti ini biasa disebut “Mape’pet” atau “ sumemper se re’ges lewo “.
Ritual ini dilakukan pada waktu tengah malam, dikarenakan pada waktu itu belum ada penerangan listrik maka setiap keluarga diwajibkan membuat perapian didepan rumah.
Tanda oleh burung atau binatang lain serta pantangan yang pernah ada dalam kehidupan masyarakat Kayuuwi tempo dulu.

a). Tanda oleh burung atau binatang.
• Kucing menangis seperti tangisan bayi memberi tanda akan ada orang yang meninggal.
• Jika kita menemukan telur ayam yang kecil ukurannya, itu harus disimpan katanya jika disimpan akan memberikan keuntungan dalam kegiatan usaha kita.
• Bila ada lipan (kaki seribu) terliat di dalam rumah itu menandakan musim panas akan segera tiba. Ayam berkokok diwaktu malam atau bukan saatnya ayam berkokok menandakan akan ada kecelakan yang bakal terjadi.
• Bunyi cecak yang kedengaran ditangga atau diatas tangga atau diatas pintu itu memberi tanda akan ada orang yang akan datang dirumah kita.
• Bunyi atau suara burung manguni yang kuat lagi tajam kedengarannya dan hanya berbunyi sekali maka akan ada keberhasilan dalam rencana yang akan kita lakukan dikeesokan harinya.
• Bunyi manguni yang agak lemah, pendek dan terbata-bata
• Alamatnya ada pencuri sedang beraksi.
• Bunyi burung manguni yang kedengaran biasa saja di:
 Lembah tandanya musim hujan akan tiba
 Gunung atau perbukitan tandanya musim panas akan datang.


b). Bentuk-bentuk pantangan
Kalau jagung sedang berbuah jangan sembarangan masuk kedalam kebun sambil mengunyah makanan, ini dimaksudkan supaya hama tikus atau binatang lain tidak akan memakan tanaman kita.
Bila mengadakan suatu perjalanan, apabila ada orang yang bersin itu menandakan ada bahaya atau kesialan didelapan menanti kita.
Ditengah perjalanan, baik jalan kaki atau menggunakan kendaraan ditengah jalan ada ular yang melintas atau burung memotong jalan kita berhenti dulu karena itu pertanda ada bahaya didepan, bila sudah ada orang yang mendahului kita barulah melanjutkan perjalanan.
Apabila baru membeli atau baru memperoleh binatang atau hewan peliharaan , maka dalam memberikan makan pertamanya kita tidak boleh bercakap-cakap dengan orang lain , begitu selesai memberi makan kita tidur seketika ( Pura-pura tidur ), setelah itu belumboleh melakukan kegiatan apalagi mengambil sesuatu ditempat yang tinggi apalagi makan. Setelah kita bangun dari tidur pura-pura, pada saat berdiri kita mengucapkan kata-kata “ oh ma’ando o re’e “ artinya “ Aduh sudah kesiangan ! “ ini dimaksudkan agar supaya binatang peliharaan tidak menjadi nakal dan peliharaan seperti babi tidak mencari makan keluar kandang sebaliknya ia akan tetap ditempatnya dan tidak membuat onar.


Dengan berkembangnya peradaban manusia dan berkembangnya pola pikir masyarakat serta pesatnya kemajuan tehnologi, hal-hal dan kebiasaan diatas akhirnya perlahan-lahan mulai ditinggalkan.

Adat istiadat dan ritualnya

1. Adat istiadat menyambut kelahiran anak.
Sudah menjadi kodratnya seorang perempuan yang sudah menikah dan berkeluarga akan megalami apa yang di namakan hamil atau mengndung. Dimasa lalu ataupun sekarang, seorang perempuan diharuskan untuk mematuhi anjuran dari orang yang lebih tua atau yang dituakan, yakni melakukan atau menghindari pantangan-pantangan, apabila tidak mematuhi apa yang dianjurkan atau melawan pantangan maka konsekwensinya sesuatu yang buruk bakal terjadi.
Adapun pantangan – pantangan yang dimaksud antaranya :
1. Tidak boleh duduk atau berdiri dipintu maksudnya supaya proses melahirkan tidak akan terhambat atau menimbulkan masalah.
2. Sang suami tidak boleh melakukan kegiatan perburuan, membunuh binatang atau mahluk hidup lainnya. Ini dimaksudkan agar supaya anak yang dilahirkan tidak akan meninggal ataupun menjadi cacat.
3. Si calon ibu tidak boleh melingkarkan sesuatu di leher, katanya supaya yang dikandung tali pusatnya tidak melilit si jabang bayi.
4. Suami tidak boleh membuat atau membaji sesuatu, contoh membuat baji pada cangkul.
5. Suami istri tidak boleh menghina ataupun meniru kekurangan orang lain.
Kelahiran anak dimasa lalu dilakukan oleh seorang dukun dalam hal ini dukun anak. Adapun alat yang digunakan ‘’tetawak’’ (lapisan luar bambu), yang diambil dari bambu timbah yang sudah pernah digunakan agar gatal pada bambu sudah hilang. Bayi yang dilahirkan biasanya ditidurkan didapur dekat dengan “amporang” atau tempat memasak yang menggunakan kayu berbentuk persegi empat. Ini dikarenakan pada waktu itu belum ada listrtik dan belum adanya pemanas suhu lainnya. Cara ini biasanya berlangsung tiga bulan kedepan. Dan selama itu pula sang ibu tidak boleh menyisir rambutnya, tidak boleh berdiri berlama-lama, tidur harus meluruskan kaki supaya urat kaki tidak timbul atau terkena varises.
Untuk menjaga si ibu tidak terkena penyakit sebagai akibat dari proses melahirkan dia harus meminum sari dari daun “turi” dan ampasnya dibungkus kemudian diikatkan dikepala ini dimaksudkan agar darah putih tidak akan naik kekepala dan mengakibatkan penyakit lain.
Setelah tiga bulan si ibu dimandikan dengan uap air yang telah diberikan ramuan atau dikenal dengan “ sumosop “, seiring itu pula barulah kita memberi nama pada anak biasanya nama anak sudah disediahkan terlebih dahulu menurut orang tua nama yang disiapkan berjumlah tiga buah nama baik itu nama perempuan atau nama laki-laki. Anak diberi nama sesuai dengan hitungan pada saat melahirkan, apabila anak lahir pada hitungan ketiga maka anak itu diberi nama yang telah disiapakan terdahulu, yaitu nama yang disiapkan pada urutan ketiga.
Dan apabila setelah satu tahun sang anak meninggal, dan anak berikutnya juga meninggal atau si anak selalu sakit-sakitan ini pertanda orang tua sianak tidak diperkenankan untuk memperoleh anak atau bisa akibat dari salah penamaan. Untuk menghindarkan apabila kita memperoleh anak berikutnya mengalami kejadian yang sama maka kita harus mengganti nama anak itu dengan menamakan atau mengganti nama :
- Buang artinya dibuang.
- Sampel artinya dilempar atau tersangkut.
- Unggu atau dipungut.

Sumakei ( Dalam menyambut kelahiran anak )
Hal lain sehubungan dengan kelahiran anak, biasanya satu minggu setelah anak lahir diadakan acara sambut baru yang diadakan atau secara spontan diselenggarakan oleh sanak keluarga dan kerabat serta tetangga bertetangga yang sering disebut “ Sumakei “.
Mereka secara bersama-sama membawa makanan atau bahan makanan kerumah dari keluarga yang baru mendapatkan/ketambahan anggota keluarga yang baru (anak), untuk bersama – sama mengucap syukur kepada Tuhan dan mempererat tali silahturahmi.
Kegiatan sumakei ini masih tetap dipertahankan sampaii sekarang karena bernilai social yang sangat tinggi.

2. Adat istiadat Perkawinan.
Seperti tradisi perkawinan diberbagai daerah, seseorang dalam hal ini laki-laki yang ingin menikah terlebih dahulu diadakan ritual peminangan dimana sang pria mewakilkan seorang yang dituakan untuk menyampaikan permohonan kepada pihak perempuan yang akan dijadikan calon istri. Dalam proses ini dari pihak perempuan biasanya memberikat syarat yang harus dipenuhi oleh calon pasangannya yakni :
Pertama : Sang pria itu harus memanjat pinang.
Kedua : Si pria harus memetik satu tangkai pinang yang buahnya jangan yang masih muda dan jangan terlalu tua atau matang. ( Konon apabila memetik satu tangkai yang masih muda berarti masih terlalu dini untuk menikah sebaliknya terlalu tua sama dengan sudah terlambat ).
Ketiga: Setelah ujian petama dan kedua kedua berhasil “ walian “ menerawang dulu apa mereka itu berjodoh atau tidak.
Keempat Pihak pria harus menyediahkan seekor babi untuk diambil hatinya kemudian diperiksa dan diteliti oleh seseorang yang mengerti dan dipercaya. Untuk menentukan apakah( tanda dari hasil pemeriksaannya ) keduanya boleh melanjutkan ritual pernikahan. Ini disebut “ titisen “.
Setelah syarat diatas telah terpenuhi maka dilanjutkan dengan ritual makan siri dan makan buah pinang yang dikenal dengan “ Tumengak “.
Dengan masuknya ajaran Kristiani di wanua Kayuuwi, secar otomatis kegiatan atau ritual diatas berubah , ritual ini berganti istilah dengan nama “ Tumerang “ yang mana sang pria mengutus perwakilan untuk mengadakan pertemuan dengan pihak perempuan meminta kesepakatan dengan calon dan kesepakatan dengan orang tuanya, apabila lamaran diterima disaat itu juga dibicarakan tentang kapan tahapan ritual perkawinan selanjutnya akan dilaksanakan, tahap berikut disebut “ sominta atau antar harta “.
Sekarang ini ritual sominta dan antar harta masih dilakukan sebagian masyarakat, biasanya ritual ini dilakukan pada hari minggu. Kegiatan ini pihak laki-laki bersama kerabat serta undangan pergi kerumah pihak perempuan dengan membawa peti yang berisi uang yang dibungkus sapu tangan berwarna putih juga barang-barang lain hasil kesepakatan terdahulu, dengan ini merupakan bentuk kebulatan dan kesiapan hati serta tekad yang kuat untuk meminang sang calon istri.
Adapun tata cara sominta ini adalah sebagai berikut
Kedatangan dari pihak laki-laki sudah disambut oleh pihak perempuan didepan dipintu didampinpingi perwakilannya, setelah sampai melalui wakil dari sipria membuka percakapan dengan sapaan dan langsung menyampaikan maksud kedatangan mereka, dan apabila diterima maka keduanya dipertmukan ( catatan si pria masih dijalan dan siperempuan masih didalam kamar ) dan ditanyai oleh kedua perwakilan mereka, apakah mereka telah benar-benar berkeinginan dan tanpa ada unsur paksaan untuk membentuk suatu keluarga.
Setelah itu hasil dari percalapan ini disampaikan pada pihak gereja, didoakan dan kemudian mengadakan tukar cincin . Dan dalam kegiatan ini juga dibicarakan perihal kapan dantempat pelaksanaan pernikahan sekaligus membicarakan dimana kelak mereka akan tinggal, dalam hal ini disediahkan oleh orang tua dari pihak laki-laki dan apabila belum disediahkan maka akad nikah ditunda dulu sampai tempat tinggal sudah disediakan.
Dalam tradisi yang pernah ada, pada malam sebelum akad nikah dilaksanakan, si pria bersama dengan seorang yang dituakan pergi menjemput calon istri untuk datang kerumah si pria untuk secara bersama-sam mendapatkan wejangan/pegangan sebagi modal untuk memasuki rumah tangga. Apabila salah satu dari orang tua mereka sudah meninggal maka keduanya dibawa kekubur untuk meminta restu, setelah dari sana kembali lagi kerumah si pria, disana mereka akan disuruh untuk saling menyuapi makanan ( sedikit nasi dan telur yang telah dibagi menjadi dua bagian ). Sekarang kegiatan diatas diganti perannya oleh pihak gereja yang kita kenal dengan istilah pengembalaan.
Pada hari pelaksanaan kegiatan jamuan makan dilakukan masing-masing. Setelah selesai jamuan makan beserta para undangan pengantin pria menjemput calon pengantin wanita dirumahnya kemudian menuju kegereja untuk melaksanakan akad nikah. Tentu sebelumnya dilakukan ritual yang bisa kita lihat dijaman sekarang ini.
Malam harinya kedua belah pihak berkumpul dan makan bersama akan tetapi setelah makan bersama masing-masing tidur masih tidur dirumah orang tuanya, baru keesokan pagi-pagi benar sang istri pergi kerumah orang tua suaminya membersikan halaman kemudian dia harus membangunkan suaminya. Setelah bangun ia pergi menjemput orang tua istri untuk minum pagi dirumah orangtua sisuami, kemudian secara gotong royong bersama keluarga yang lain membuat dapur atau rumah untuk suami istri yang baru. Selanjutnya pada hari minggu setelah pesta pernikaan diadakan balas gereja. Di acara ini pihak perempuan dalam hal ini keluarganya pergi membawah bahan makanan beserta peralatan masak untuk diberikan kepada kedua suami istri yang baru. Adapun sebagai simbol dibawakan dan diserahkan alat dan bahan sebagai berikut ; sosiru, bakul kecil, kurek ( belanga tanah ), lampu minyak, minyak tanah, minyak kelapa, ikan, pisau dan beras secukupnya, pada saat diserahkan disertai pesan dan wejangan yang diakhiri “ akar ni ure-ure “
Inilah keunikan dan nilai budaya mengenai pernikahan yang seharusnya masih ada, sekarang ……..?

.2. Adat istiadat pada saat kedukaan.
Proses ini pasti akan dialami oleh setiap manusia, pakaian serba hitam menjadi suatu keharusan begitu yang terjadi dan menjadi bahagian tradisi Kayuuwi. Pada hari penguburan semua saudara, kerabat, bahkan sahabat datang melayat atau dalam bahasa Tontemboan “ Lumili “. Keesokan harinya akan diadakan makan bersama oleh keluarga dan kerabat dengan membawa makanan masing-masing, namun dengan berubahnya waktu tradisi ini berganti bentuk. Kira-kira tahun 1940 an saat Kayuuwi dipimpin oleh Markus Lapian tradisi diatas berganti dengan istilah “ Berantang “ dimana para keluarga dan pelayat yang tergabung dalam rukun social Pinaesaan mengumpulkan uang dan beras untuk digunakan pada acara makan bersama yang pada masa itu dilaksanakan pada hari sesudah penguburan. Sekarang dikenal dengan istilah “ Kolet “, Begitupun pada keesokan harinya, saat subuh menjelang menjelang pagi diadakan minum bersama dengan membawa sumbangan, setelah minum bersama dilanjutkan dengan berziarah ke pekuburan, sekembalinya dari sana dilanjutkan dengan ritual “ Lumaklu “ dimana semua yang ikut membawa peralatan sepeti cangkul, parang dan lainya juga disertakan bahan makanan untuk ritual “ Temu’un “, semua harus mengambil bagian untuk bekerja, dalam ritual ini dipimpin oleh seorang dukun atau yang dituakan dengan membangun sebuah gubuk kecil bertingkat untuk meletakkan bahan makanan kemudian pemimpin ritual memanggil roh-roh yang sudah meninggal yang memiliki hubungan kekeluargaan dengan yang baru meninggal untuk menikmati sesajian yang telah disiapkan , kemudian semua yang ikut ritual mengambil bagian untuk makan namum hanya sedikit. Seiring dan sambil makan si pemimpin ritual terus memberikan nasehat-nasehat kepada keluarga. Selanjutnya semua pulang dengan membawa kayu bakar dan hasil kebun lainnya untuk dibawa pulang kerumah. Setelah tiba dirumah, khusus orang yang baru ditinggal suami/istri dipanggil dukun kebelakang rumah, lalu sidukun mengambil sebuah periuk yang terbuat daru tanah liat, mengankatnya dan menjatuhkan ketanah kemudian menghampiri duda atau janda sambil mengucapkan “ Tambisa si kurek anio mawetek yo kawisa ma esa pe, ta nitu ka’aikamu indua ni pinataneo I amang Kasuruan yo kawisa wo mewali-wali pe “ artinya sebagaimana priuk ini pecah tidak mungkin bersatu lagi, begitu juga kamu telah dipisahkan oleh Tuhan tidak mungkin lagi untuk bersama-sama.
Kemudian dilanjutkan lagi dengan ritual “tumondong” dimana secara bersama-sama mengunjungi orang tua atau adik kakak yang masih hidup dan minium bersama adapun minuman dan makanan tersebut dikumpul dan disediakan oleh para tetangga dari orang tua dan atau saudara kandungnya). Berikut setelah tiga hari diadakan lagi satu ritual yang dipimpin oleh seorang dukun menyiapkan sesajen dan mengadakan percakapan dengan roh yang sudah mati tadi, biasa berupa nasehat yang kononnya berupa bisikan dari roh tersebut. Pada malam itu juga sang dukun akan meminta barang kepunyaan dari yang meninggal tadi untuk dibagikan kepada saudara kandung atau anak-anak yang sudah berumah tangga sambil mengucapkan “indonange atau pa’alinange enanio, mange iemak embale miow, mamuali esa patu’usan wo pataneian asi po’ow ai tane’o ai kita imbaya (kata po’ow bisa diganti ibu atau ayah atau yang lainnya).
Sebelum genap 40 hari keluarga dianjurkan untuk membatasi diri dari hal-hal seperti dibawah ini :
 Tidak boleh makan atau minum sendiri, tidak boleh mengambil sendiri tunggu diberikan orang lain.
 Jangan makan dirumah orang
 Jangan bertengkar dengan siapapun
 Berdamai dengan orang lain
 Jalan harus menundukan kepala
Seminggu setelah meningggal diadakan minggguan diadakan kegiatan berantang sama pada saat acara penguburan berikutnya acara 40 hari dan selanjutnya satu tahun.
Adapun ritual-ritual diatas ada yang sudah ditinggalkan dan ada yang dipertahankan.

Perkembangan Agama Kristen di Kayuuwi
.a. Kristen Protestan GMIM
Perkembangan agama Kristen GMIM di kayuuwi ini selalu dikaitkan dengan perkembangan GMIM di minahasa. Diamana Agama Kristen masuk dibawa oleh seorang pendeta yang bernama Johanis Gotlieb Shwarz yang berasal dari Eropa, ia memasuki bumi Tompakewa ini tanggal 12 juni 1931 atas tugas dari NZG ( Nenderland Genoschap ).
J. G . Shwarz ini tinggal di Langowan, sehingga ia sering mengadakan penginjilan diKayuuwi. Beliau mengunjungi Kayuuwi dijadwalkan sebulan sekali. Ia datang bukan hanya memberitahkan injil saja, ia datang memberi pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat desa diantaranya pelajaran cara bertani yang baik, peternakan, pertukangan, memasak yang sehat, menjahit pakaian, samapai pada soal memebersihkan rumah dan pekarangan yang sebenarnya, yang bisa menjamin kita dalam kondisi yang disebut sehat. Dalam mengajar anak didiknya ia menginginkan semua anak didiknya bisa mahir pada tiap bidangnya, jadi jika ada satu bidang yang kurang ditanggapi maka pelajaran itu belum bisa ditinggalkan. Dan beliau belum mau beranjak dari bidang itu, jika anak didiknya belum sepenuhnya menguasai ilmu yang ia berikan, nanti jika ia melihat sudah menunjukkan perkembangan dan sudah mahir maka iapun akan melangkah kedesa yang lain.
Jemaat yang ada sangat segan dengan kehadirannya, dengan demikian karena kemampuan yang ia miliki sudah banyak orang yang dulunya belum mengenal Kristus ikut bergabung dan mengaku untuk menjadi jemaat yang kristiani.
Dengan mengenal lebih jauh tentang ajaran Kristen maka banyak orang yang dengan sungguh-sungguh meningggalkan semua yang bersifat kepercayaan animisme, bahkan mereka semakin benci dengan kepercayaan yang arkais seperti itu.
Setelah jemaat Kristen semakin banyak maka dibuatlah bangsal untuk dijadikan sebagai tempat ibadah yang dibuat pada tahun 1845. Akan tetapi orang Kayuuwi mengenal ajaran agama Kristen ini sudah sejak tahun 1840, Jemaat Kayuuwi terus mendapatkan pelayanan rohani yang dulunya dilakukan sendiri oleh schwarz, kini ( sekitar1845 keatas) sudah ditemani oleh Ridle. Mereka dalam mengadakan penginjilan, mereka mengggunakan metode “door to door” atau penginjilan dari rumah ke rumah. Setelah itu oleh NZG mengirimkan guru injil ke Kayuuwi.
Tahun 1870 jemaat mulai didaftarkan, dan kemudian yang menjadi guru jemaat sekaligus merangkap kepala sekolah dibebankan kepada Markus Kaligis yang merupakan guru injil lepasan Sekolah guru yang ada di Kurangga Tomohon.
Baptisan pertama kali dilakukan tepat tanggal 27 desember 1874, sedang jemaat-jemaatyang dibaptis itu adalah :
-Abigael Kesek
-Katherine Watung
-dan yang seorang lagi namanya tidak terdeteksi lagi.
Ketiga orang inilah yang mendapat kesempatan pertama untuk dibaptis dalam sejarah pembaptisan dalam sejarah GMIM Kayuuwi.
Tahun 1883 gereja yang pertama didirikan tempatnya sekitar 20 meter sebelah kanan balai desa atau gedung satu atap yang berdiri kokoh sekarang ini. Didepan gereja yang di bangun ini, disebelah kanan sudut di pancangkan tiang batu yang tingginya 2 meter diukirkan tulisan GMIM.
Bulan Januari 1942 Jepang masuk dan berkoloni di tanah Toar dan Lumimuut , pengajaran agama Kristen mendapat suatu tantangan sehingga harus di hentikan atas perintah dan larangan pemerintah Jepang. Masyarakat dan jemaat tidak bisa berbuat banyak karena ditengarai orang Jepang dulu (tentaranya) dikenal dengan sadismenya, yang walaupun di lubuk hati mereka yang paling dalam tersimpan gejolak dan hasrat untuk melawan kekejian mereka.
Ditanggal 6 April 1942 Jepang memperbolehkan kembali untuk mengadakan ibadah, dengan syarat harus menghormat kepada Matahari yang merupakan dewa mereka.
Tahun 1942 tepatnya bulan Juli tanggal 12 gereja ditutup lagi dan kegiatan ibadah dilarang untuk dilakukan, sampai tanggal 20 Desember 1978 perkembangan selanjutnya belum diketahui pasti.
Gereja GMIM Kayuuwi pada 20 desember 1978 diresmikan oleh H.V Worang sedang pentahbisannya dilakukan oleh Pendeta Hendrik Gerzon Rumondor.
Pendeta, guru jemaat atau ketua BPMJ yang pernah ada dalam perkembangan jemaat GMIM Kayuuwi, adalah sebagai berikut :
1. E. Kelung Kurun waktu tidak diketahui
2. Charlis Tangkere (sampai 1931)
3. H.G Rumondor (1931-1965)
4. H.G Rumondor (1965-1981)
5. Hendrik Wowiling (1981-1985)
6. C.J Talumewoh-poli, SMTh ( 1985-1989)
7. Ny. Walukow-Worotikan,STh (1989-1993)
8. Sofitje Lakoy,S.Th (1993-…….) (didasarkan pada saat penulisan .

b .Pantekosta
Gereja Pantekosta pertma kali menapakkan kakinya ditanah Play-Karengis ini dan menebarkan ajaran injili pada tahun 1952, Yang dibawa oleh 2 keluarga KNIL.
Pada waktu itu Pantekosta itu diperkenalkan dengan mengadakan kampanye, namun disaat itu Pantekosta belum mendapat perhatian yang serius dari warga Kayuuwi.
Dan sekarang ini Pantekosta sudah mulai menampakkan suatu perkembangan yang cukup berarti, walau dalam suatu kondisi step by step (selangkah demi selangkah ), ini jika dilihat dari segi kualitas jemaatnya, bukan soal imannya.
Adapun gembala-gembala yang pernah menebarkan injil melalui gereja Pantekosta, yaitu :
1.
2. Bpk. Tambengi
3. Bpk. Jhoni Rewah.