Senin, Oktober 06, 2008

Lumimuut Leluhur orang Minahasa


Lumimuut Leluhur orang Minahasa : PUTRI KAISAR YANG DI USIR DARI NEGARANYA.

OLEH : Theodorus M Tuerah

Di zaman dahulu kala Jepang dipimpin seorang kaisar yang amat kejam. Seluruh keinginannya harus dilaksanakan. Tak hanya penduduk, pejabat-pejabat kekaisaranpun sangat takut kepada kaisar yang lalim itu.
Kaisar ini mempunyai kegemaran yang termasuk anaehjuga yaitu hampir setiap saat harus disuguhi tarian-tarian dengan penari cantik yang diseleksi secar ketat dari seluruh pelosok Jepang. Untuk itulah, beberapa panglima kekaisaran diberi tugas hanya untuk menyiapkan gadis-gadis cantik untuk jadi pemuas sang kaisar .
Para panglima diperintahkan agar menyediakan penari-penari pilihan sebanyak sepuluh orang. Mereka harus menari didalam istana kala ia membuat pesta, membuat rapat dengan menteri-menterinya ataupun mengadakan pertemuan dengantokoh-tokoh penting yang menjadi tamunya. Barangsiapa yang melanggar perintahnya akan dibakar hidup-hidup. Pada suatu hari, ia membuat rapat dengan menteri-menterinya. Kemudian, seperti biasanya dilanjutkan dengan penampilan penari-penari yang dipilih oleh para panglimanya dari seluruh pelosok Jepang. Sang kaisarpun menempati singasana emas, duduk santai didampingi dayang-dayangnya, siap menikmati tarian-tarian kegemarannya.
Tapi saat itu yang tampil hanya Sembilan orang, seorang penari ternyata membangkang, sang kaisarpun murka.
Roman mukanya berobah kemerahmerahan karena marah. Ia memanggil panglima yang bertanggung jawab untuk tari-tarian dan langsung memarahinya didepan umum. “ Kau hendak membangkang. Tak ada alasan mengatakan bahwa tidak mungkin mencari sepuluh orang penari. Kau kuberi gaji untuk itu, dank arena tidak mengindahkan perintahku, kau harus menerima hukuman juga. Mulai saat ini jabatan panglimamu kucopot. Sekarang kau adalah rakyat biasa. Keluar dari sini.” Tandas kaisar dengan berang. Sang panglimapun langsung keluar dari istana, sambil merenungi nasibya yang sedang sial itu.
Penari yang tidak hadir itu disuruhnya dibakar hidup-hidup. Tapi ternyata, penari yang membangkang itu adalah putri dari kaisar yang terdahulu. Putri yang amat cantikparasnya itu bernama Rumimoto. “ Saya tidak akan memnuhi kehendak kaisar, walupun saya mesti dihukum karenanya,” tegas sang putri sambil menyeka air matanya, karena ia sadar maut sudah menghadang.
Para hakim kekaisaran segera membuat rapat kilat untuk menyelamatkan sang putri dari hukuman yang sangat mengerikan itu. Mereka sepakat sang putri taka data dibakar hidup-hidup. Kesimpulan rapat itu disodorkan kepada kaisar. Akhirnya setelah berpikir-pikir selama beberapa waktu, kaisar mau juga mengubah hukuman itu. “ Ya kalu demikian , tidak usah dibakar. Tapi ia harus dihukum dengan dihanyutkan ditengah lautan. Ini tak dapat dirubah lagi,” tegas kaisar.
Iapun segera memerintahkan para panglimanya untuk menyediakan perahu. Keluarga sang putripun menyiapkan makanan dan perlengkapan puetri. Semuanya dimuat dalam perahu.
Penduduk lain yang sangat menghormati mantan kaisar, ayah sang putri itu, juga mengumpulkan bahan makanan untuk keperluan Sang putri dalam menghadapi maut itu.
Sang putri meski tahu nasibnya bakal ditelan ombak, masih berupaya tersenyum sebagai tanda terima kasih kepada penduduk yang mengantarnya ditepi pantai. “ Doakan saya, kiranya saya dapat selamat,” pinta sang putri yang mungkin tak didengar lagi oleh para penghantarnya, karena perahu mulai berlayar , digiring sebuah kapal dari kekaisaran.
Lambat laun, perahu mulai menghilang dari pandangan mata keluarga sang putri tak dapat menyembunyikan kesedihan mereka. Raungan dan tangis bercampur aduk dengan keharuan yang mendalam dari ribuan orang ditepi pantai di Jepang itu. Tak ada yang beranjak dari pinggir pantai , meski perahu yang mengahantar sang putri sudah tak tak tampak lagi . Perahu itu ditarik kapal tersebut menuju ketengah lautan luas, dan kemudian tali dilepas dari kapal. Dan berlayarlah perahu itu mengikuti keinginan angin dan ombak. Sang putri napaknya pasrah. . Ia membiarkan perahunya dimainkan angin dan ombak.
Kaisar sangat senang setelah mendapat laporan bahwa wanita itu sudah dihayunkan . Mungkin saat ini dia sementara jadi santapan hangat dari ikan Hiu,” kata kaisar, tanpa ada rasa menyesal sedikitpun.
Berita itu tersiar di kota-kota besar diseluruh Negara Jepang. Banyak penduduk yang tidaksetuju tentang perbuatan kaisar yang tidak mengenal peri kemanusiaan itu tetapi mereka tdak dapat berbuat apa-apa. Mereka hanya berdoa agar supaya putri itu luput dari maut dan dapat kembali kepada orang tuanya.
Berbulan-bulan lamanya perahu itu terkatung-katung dilautan luas itu. Hujan dan panas berganti-ganti menimpa putri dan perahunya itu tetapi tidak dihiraukannya.
Akhirnya perahu itu terdampar pada sebuah pulau ditempat yang bernama Mana’ndow(=ditempat yang jauh ). Manan’dow ini kemudian berubah nama dan dikenal dengan Manado saat ini.
Puteri bersukacita dan bersyukur kepada Tuhan karena ia telah luput dari bahaya maut. Iapun segera menurunkan semua isi perahunya disebuah gua yang terletak dibalik batu karang yang besar.
Disitu ia beristirahat sambil merenungkan nasibnya. Tiap-tiap hari ia hanya tidur saja. Makanannya banyak, cukup untuk beberapa bulan.
Setelah makanannya hamper habis iapun keluar dari goa itu untuk mencari buah-buahan. Banyak buah-buahan yang didapatnya dari sekitar tempat tinggalnya sehingga tubuhnya bertambah gemuk dan bertambah cantik.
Tiba-tiba ia terkejut karena hamper saja ia dilanggar seekor babi hutan. Untunglah ia segera melompat. Ketika menengadah, ia melihat diatas pohon banyak burung yang berkicau. Tampak pula beberapa ekor rusa sedang makan rumput.
Timbul keinginan dalam hatinya untuk membuat sebuah busur lengkap dengan beberapa anak panah. Untuk membuat alat itu ia butuh beberapa hari. Ia kemudian mencobanya pada seekor burung yang hinggap pada sebuah cabang pohon. Bidikannya tepat ia amat gembira karena burung itu terjatuh dan menggelepar-gelepar ditanh.
Dicabutinya bulu burung itu, dibakar lalu dimakannya. Selesai makan ia memetik buah-buahan . Sebagian dimakannya dan sebagian pula didisikannya pada sebuah kantung sebagai bekal. Dimalam hari ia tidur dibawah pohon besar yang rimbun daunnya dengan berbantalkan daun-daun kering yang ada disekitarnya.
Mulai saat itu, ia berburu binatang, ia masuk hutan keluar hutan. Nmaun ia tak menyadarinya telah masuk ke pedalaman daerah Minahasa. Ia berhenti dilereng gunung berapi, yang kemudian pecah dan berubah menjadi danau.
Karena letih lagi pula malam telah tiba, iapun tidur dibawah sebuah pohon yang rimbun daunnya. Tetapi malam itu ia kedinginan, beberapa hari kemudian ia jatuh sakit. Sepanjang malam ia hanya merintih saja. Ia tidur ketika fajar telah merekah. Ketika bangun ia kaget ada seorang wanita duduk disamping sambil mengobatinya. Tiga hari tiga malam ia sakit, setelah sembuh ia mengucapkan terima kasih pada penolongnya. Dijabat tangan penolongnya itu, sambil memperkenalkan diri ‘ Saya bernama Rumimoto dan berasal dari Negara Nippon yang terletak jauh disebelah utara. Saya dating dengan sebuah perahu, tapi bukan karena kehendaknya tetapi dihukum Negara,” katanya sambil menceritakan musibah yang menimpannya.
Mendengar perkataannya, penolongnya turut bersedih hati kemudian iapun memeperkenalkan dirinnya. ‘ nama saya Karema saya tidak mempunyai sahabat atau kenalan. Saya tinggal didaerah Minahasa hanya sendiri” kata wanita yang sangat baik hati itu.
Mulai saat itu Karema dan Rumimoto hidup bersama. Mereka tinggal disebuah pondok yang dibuat karema sediri dilereng gunung berapi tersebut . Karena sulit bagi Karema untuk mengucapkan Rumimoto akhinya putri Kaisar jepang itu dipanggilnya Lumimuut.
Setelah genap enem bulan Rumimoto diusir penduduk dan pembesar Jepang menyatakan protes terhadap Kaisar. Demonstrasi melanda menuntut pertanggung jawaban kaisar. Semuanya menuju ke istana dan mendesak kaisar agar sang putri yang mendapat hukuman itu dicari kembali samapi dapat dan dikembalikan kepada keluarganya. Ini terutama mengingat jasa-jasa ayahnya sewaktu ia memegang jabatan sebagai kaisar.
Setelah terdesak akhirnya kaisar menyetujui usul mereka. Seorang panglima bernama Tamura diperintahkan untuk memimpin operasi pencarian puteri.
Berpuluh-puluh kapal lengkap dengan anak buahnya dikerahkan untuk mencari puteri yang malang itu. Hampir semua pulau di lautan teduh dikunjungi untuk mencari jejaknya, tetapi mereka tidak berhasil juga.
Usaha pencarian tetap mereka jalanan, kembali berjalan kearah selatan. Lalu tibahlah mereka di tluk Manan’dou, merekapun mendarat. Disebuah gua dibalik sebuah batu karang mereka dapati alat-alat makan buatan Jepang dan beberapa buah pakaian yang sudah sobek.
Merekapun benar-benar yakin bahwa gua itu lah tempat tinggalnya . Tetapi mereka segera kecewa karena ketika mereka mencari didaratn seluas 2 km² mereka tidak dapat menjumpainya. Terpaksalah menuju kearah selatan dengan menyusur pantai . Tiba disebuah pelabuhan mereka turun dan mencari jejaknya tetapi sia-sia saja. Pelabuhan itulah yang terakhir di kunjungi Tamura. Sehingga pelabuhan itu dinamainya Tamura. Kota itu kemudian diberi nama Amurang yang berasal dari Tamura nama panglima Jepang itu.
Lalu bagaimanakah dengan nasib Karema dan Lumimuut ? Mereka terus melanglang mengelilingi tanah Minahasa. Pada suatu hari mereka tiba dipantai barat pegunungan Wulurmaatus. Karema pun melaksanakan upacara Keagamaan. “ Menghadaplah keselatan Lumimuut, ” kata Karema.
Lumimuut pun mengikuti kehendak Karema. Karema memohon kepada dewa sumber angi selatan untuk menghamili Lumimuut. Juga tidak berhasil. Demikian juga kesegal penjuru angin, namun tak member hasil. Sekali lagi Karema mencoba menghadapakan Lumimuut kearah barat. Kemudian bertiuplah angin kencang yang kemudian menghamili Lumimuut.
Lumimuutpun melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Toar yang sangat disayangi kedua wanita itu. Toarpun tumbuh menjadi laki-laki perkasa.
Setelah beberapa tahun, Karema menyuruh Toar dan Lumimuut untuk mengembara. Karema menyiapkan dua tongkat yang panjangnya sama untuk mereka berdua. “ Jika Toar betemu dengan seorang wanita atu Lumimuut bertemu seorang laki-laki, bandingkanlah tongkat yang kalian bawa. Bila sama berarti itu adalah keluarga. Tapi jika tidak itulah jodoh kalian, kawinlah dan beranak pinaklah,” kata Karema.
Toar dan Lumimuut mulai dengan pengembaraannya. Toar keutara dan Lumimuut keselatan. Setelah beberapa tahun mereka bertemu. Ternyata tongkat mereka tak sama lagi. Pesan Karema kemudian muncul diingatan mereka. Toar dan Lumimuut kemudian kawin dan beranak cucu. (Viarodei)

Sumber : Media Kawanua 5 november 1992

Tidak ada komentar: