Jumat, Oktober 03, 2008

Kronologi dan perjalanan penamaan sehingga menjadi Kayuuwi

Editor : Oldi Remebet

Walaupun diperhadapkan dengan sempitnya waktu untuk tanggung jawab kesehariannya, Piay dan Karengis ini rupannya bukan tergolong orang yang lupa akan darimana mereka berasal ataun seperti kacang yang lupa akan kulitnya, bukan begitu tabiatnya. Dari problema yang ada mereka meluangkan waktu untuk bersilah-turahmi dengan family mereka yang ada di Tombasian dimana mereka dilahirkan , tumbuh, dan menjadi manusia dewasa.
Dan ternyata soal sapa menyapa itu sudah merupakan budaya tata krama suku Tompakewa, bila bertemu muka dengan seseorang yang walaupun orang yang menjadi obyek sapaan itu bukan familinya. Selalu diawali dengan sapaan, karena dari sapaan itu merupakan wujud suatu ikatan kekerabatan yang cukup kental.
Yang menjadi sapaan bagi Piay dan Karengis, adalah ;
“ Nimaayo re’e se tou marenak anduru indoyongan maroyong ing kayumauwi “. Artinya orang yang tinggal dekat sungai yang mengalirkan air yang berasal dari kayu berumbi sudah datang.
Proses penamaan yang dialami orang Tontumaratas terjadi pula pada Piay dan Karengis . Dimana terjadinya penyingkatan kalimat sampai pada penyederhanaan kata, yang bertujuan untuk mempersingkat waktu penyapaan.
Dan proses penyingkatan ini mengalami proses sebagai berikut :

1) “ Nimaai re.e se tou indoyongan Kayumauwi”
2) “ Nimaai re’e se tou ing kayumauwi “.
3) “ Nimaai re’e se Kayumauwi”.

Secara harafiah Kayu mauwi adalah,
Kayu…………..berarti kayu
Uwi……………..berarti umbi
Jadi secara utuh artinya adalah kayu yang memiliki umbi. Dan selanjutnya kalimat-kalimat diatas menjadi gelaran buat Piay dan Karengis jika mereka berkunjung kedesa asalnya.
Dan lama kelamaan Kayuuwi yang mengalami penyederhanaan, yang dulunya merupakan sapaan kini menjadi gelaran untuk orang-orang yang berdiam dipemukiman pertama, yang pada akhirnya menjadi sama sah untuk desa yang ada sekarang.

Tidak ada komentar: